Pada Mei 2024, Ibu Livinda menyadari ada kelainan pada tubuhnya: Ia yang berusia 51 tahun telah mengalami menopause, namun tiba-tiba datang menstruasi lagi. Menstruasi yang biasanya berlangsung selama seminggu, kali ini berlangsung selama sebulan tanpa henti.
Bersama keluarganya, ia segera pergi ke dokter kandungan di Jakarta. Hasil USG menunjukkan adanya mioma dengan ukuran sekitar 14x9mm. Ibu Livinda pernah menjalani operasi mioma di Penang pada tahun 2010, sehingga ia kembali ke Penang untuk memeriksakan diri ke dokter yang sama. Setelah pemeriksaan, atas saran dokter, Ibu Livinda menjalani operasi yang awalnya hanya bertujuan untuk mengangkat mioma, namun setelah operasi, ia diberitahu bahwa rahim dan indung telurnya juga telah diangkat, serta dilakukan pembersihan kelenjar getah bening dan jaringan sekitar. Hal ini karena dokter menemukan adanya tumor di dalam tubuhnya.
Hasil pemeriksaan patologi pasca-operasi Ibu Livinda menunjukkan adenokarsinoma endometrium dengan invasi tumor pada miometrium, melibatkan parenkim serviks, adneksa uterus, omentum mayor, serta tumor ovarium kiri sepenuhnya terinfiltrasi dan pecah.
Dokter kandungan merujuknya ke departemen onkologi, tetapi ketika mencari tahap pengobatan bedah berikutnya dari dokter onkologi di Penang, Ibu Livinda dan keluarganya diberitahu bahwa mereka harus menunggu selama sebulan. Selama masa menunggu, mereka menemukan informasi tentang St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di media sosial.
Ibu Livinda Ramli
Metode pengobatan minimal invasif di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou menunjukkan kepada mereka pengetahuan medis yang berbeda dari sebelumnya. Setelah berdiskusi dengan keluarga, Ibu Livinda mencari informasi terkait dan datang ke Pusat Layanan Internasional di Jakarta untuk berkonsultasi. Staf konsultan memperkenalkan pengobatan minimal invasif yang dapat dilakukan untuk kondisi tersebut, dengan keunggulan seperti rasa sakit yang lebih sedikit dan efek samping yang rendah. Hal ini membuat Ibu Livinda dan keluarganya sangat tertarik. Setelah memahami situasi rumah sakit secara menyeluruh, mereka memutuskan untuk tidak lagi menunggu dokter di Penang, dan memilih untuk pergi ke Guangzhou guna mencari pengobatan lebih lanjut.
Pada 4 Juni 2024, Ibu Livinda yang lemah, dengan gejala mual, muntah, dan lain-lain, datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou ditemani oleh keluarganya.
Berbeda dengan sebelumnya yang harus menunggu lama untuk mendapatkan jadwal dari dokter, setelah Ibu Livinda masuk rumah sakit, keesokan harinya ia langsung dijadwalkan untuk rencana pengobatan yang rinci. Kepala Bangsal 6, dr. Lin Jing, setelah melakukan pemeriksaan fisik awal, menemukan benjolan keras di perut bagian kanan bawah berukuran sekitar 4x5cm dengan batas jelas dan sedikit nyeri saat ditekan; benjolan keras di kuadran bawah luar payudara kanan berukuran sekitar 4x5cm; serta benjolan di bokong kanan berukuran 3x4cm dengan sedikit nyeri saat ditekan, yang dcurigai sebagai metastasis multipel. Pada 6 Juni, Ibu Livinda menjalani biopsi jarum, dan hasil pemeriksaan mengonfirmasi diagnosis dokter terhadap kondisi kesehatannya.
Perbandingan Pengobatan Tumor Retroperitoneal
Perbandingan Pengobatan Tumor Abdomen dan Panggul
Perbandingan Pengobatan Tumor Panggul
Setelah hasil pemeriksaan menyeluruh keluar, tim medis MDT rumah sakit segera mengadakan diskusi untuk mengevaluasi kondisi Ibu Livinda dan menyusun rancangan pengobatan awal, yaitu “Intervensi + Ar-He Knife Cryoablation”.
Pada 13 Juni 2024, Ibu Livinda menjalani sesi pertama dari rancangan pengobatan "TC" dengan terapi intervensi. Hanya empat hari setelah itu, dr. Lin Jing memeriksa pasien dan menyatakan bahwa gejala mual dan rasa sakit pasien membaik setelah pengobatan, dan benjolan di permukaan tubuh tampak menyusut dan menjadi lebih lunak. Pada 18 Juni, dr. He Jianyu dari ruang minimal invasif melakukan prosedur Ar-He Knife Cryoablation yang dipandu CT terhadap tumor besar di rongga perut dan di bawah ketiak kiri pasien. Setelah tindakan, kondisi tubuh Ibu Livinda pulih dengan baik, dan keluar RS tiga hari kemudian, mengakhiri pengobatan pertamanya.
Perbandingan Pengobatan Tumor Dinding Dada Kanan
Perbandingan Pengobatan Tumor Ketiak Kiri
Selama enam bulan berikutnya, Ibu Livinda kontrol ke RS setiap bulan dan menerima enam kali terapi intervensi tambahan. Selama periode ini, tumor terus menyusut, dan hingga saat menerima wawancara kami, kondisinya terus membaik. PET-CT seluruh tubuh yang dilakukan pada tanggal 7 November dibandingkan dengan bulan Juni, menunjukkan metastasis pada tulang rusuk ke-4 di sisi kanan, namun aktivitas tumor setelah pengobatan terhambat. Beberapa kelenjar getah bening yang membesar dan bayangan massa jaringan lunak di rongga perut-panggul, dinding dada kanan subkutan, ketiak kiri, dan leher kanan berkurang ukuran dan jumlahnya dibandingkan dengan sebelumnya, dan hanya sedikit yang tersisa.
Dalam pertarungan melawan kanker ini, Ibu Livinda meraih kemenangan awal.
Pengobatan Minimal Invasif yang sesuai dengan namanya
Ibu Livinda mengatakan bahwa setelah mengetahui tentang pengobatan minimal invasif, dia awalnya hanya berniat untuk mencoba. Setelah pengobatan, dia menyadari bahwa pengobatan minimal invasif memang sangat efektif, dengan luka yang sangat kecil dan rasa sakit yang minim. Selain itu, durasi pengobatannya singkat, meskipun dia menjalani pengobatan di luar negeri, dia tidak perlu berpisah terlalu lama dengan keluarganya. Efek samping satu-satunya yang muncul adalah kerontokan rambut, yang jarang terjadi pada pasien lain, tetapi Ibu Livinda menyatakan bahwa semua itu sepadan. Tubuhnya perlahan membaik, gejala penyakitnya menghilang setelah pengobatan, dan seluruh tubuhnya kembali kuat dan bersemangat.
Ibu Livinda mengungkapkan bahwa mereka sempat memiliki kekhawatiran untuk pergi berobat ke luar negeri, tetapi berbagai layanan di RS seperti penerjemah, antar-jemput bandara, dan layanan wisata medis membuat mereka merasa sangat tenang sejak kunjungan pertama. Dokter memberikan analisis yang jelas tentang kondisi penyakit, perawat selalu siap memberikan bantuan, dan berbagai aktivitas pasien di rumah sakit memperkaya kehidupan mereka selama dirawat. Ibu Livinda sangat senang karena telah memilih St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Ibu Livinda beserta suami, dokter penanggung jawab, Dong Kui, serta kepala perawat, Liu Tianhua
Saat diwawancarai, Ibu Livinda selalu tersenyum lebar. Sikap optimisnya membuat orang sama sekali tidak melihat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kanker pada dirinya. Meskipun keluarganya sempat terkejut ketika pertama kali mendengar kabar tentang penyakitnya, namun mereka tetap mendukungnya untuk menjalani pengobatan dengan baik. Bahkan ibunya yang berusia lebih dari tujuh puluh tahun terus memberi semangat, memberitahunya bahwa teknologi pengobatan saat ini sangat maju dan dia pasti akan sembuh. Dikelilingi oleh optimisme dan kasih sayang, Ibu Livinda selalu penuh dengan keberanian. Dia merasa bersyukur atas dukungan dari keluarga dan teman-temannya, dan setelah sakit, dia juga lebih memperhatikan pola makan serta menjaga kebiasaan hidup yang sehat. Dia berkata, "Kanker mungkin memang menakutkan, tetapi pengobatan yang maju akan membuat sel-sel kanker dalam tubuh semakin lemah. Saya berharap semua orang bisa tetap optimis dan percaya bahwa mereka akan semakin baik.”
Pada Mei 2024, Ibu Livinda menyadari ada kelainan pada tubuhnya: Ia yang berusia 51 tahun telah mengalami menopause, namun tiba-tiba datang menstruasi lagi. Menstruasi yang biasanya berlangsung selama seminggu, kali ini berlangsung selama sebulan tanpa henti.
Bersama keluarganya, ia segera pergi ke dokter kandungan di Jakarta. Hasil USG menunjukkan adanya mioma dengan ukuran sekitar 14x9mm. Ibu Livinda pernah menjalani operasi mioma di Penang pada tahun 2010, sehingga ia kembali ke Penang untuk memeriksakan diri ke dokter yang sama. Setelah pemeriksaan, atas saran dokter, Ibu Livinda menjalani operasi yang awalnya hanya bertujuan untuk mengangkat mioma, namun setelah operasi, ia diberitahu bahwa rahim dan indung telurnya juga telah diangkat, serta dilakukan pembersihan kelenjar getah bening dan jaringan sekitar. Hal ini karena dokter menemukan adanya tumor di dalam tubuhnya.
Hasil pemeriksaan patologi pasca-operasi Ibu Livinda menunjukkan adenokarsinoma endometrium dengan invasi tumor pada miometrium, melibatkan parenkim serviks, adneksa uterus, omentum mayor, serta tumor ovarium kiri sepenuhnya terinfiltrasi dan pecah.
Dokter kandungan merujuknya ke departemen onkologi, tetapi ketika mencari tahap pengobatan bedah berikutnya dari dokter onkologi di Penang, Ibu Livinda dan keluarganya diberitahu bahwa mereka harus menunggu selama sebulan. Selama masa menunggu, mereka menemukan informasi tentang St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di media sosial.
Ibu Livinda Ramli
Metode pengobatan minimal invasif di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou menunjukkan kepada mereka pengetahuan medis yang berbeda dari sebelumnya. Setelah berdiskusi dengan keluarga, Ibu Livinda mencari informasi terkait dan datang ke Pusat Layanan Internasional di Jakarta untuk berkonsultasi. Staf konsultan memperkenalkan pengobatan minimal invasif yang dapat dilakukan untuk kondisi tersebut, dengan keunggulan seperti rasa sakit yang lebih sedikit dan efek samping yang rendah. Hal ini membuat Ibu Livinda dan keluarganya sangat tertarik. Setelah memahami situasi rumah sakit secara menyeluruh, mereka memutuskan untuk tidak lagi menunggu dokter di Penang, dan memilih untuk pergi ke Guangzhou guna mencari pengobatan lebih lanjut.
Pada 4 Juni 2024, Ibu Livinda yang lemah, dengan gejala mual, muntah, dan lain-lain, datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou ditemani oleh keluarganya.
Berbeda dengan sebelumnya yang harus menunggu lama untuk mendapatkan jadwal dari dokter, setelah Ibu Livinda masuk rumah sakit, keesokan harinya ia langsung dijadwalkan untuk rencana pengobatan yang rinci. Kepala Bangsal 6, dr. Lin Jing, setelah melakukan pemeriksaan fisik awal, menemukan benjolan keras di perut bagian kanan bawah berukuran sekitar 4x5cm dengan batas jelas dan sedikit nyeri saat ditekan; benjolan keras di kuadran bawah luar payudara kanan berukuran sekitar 4x5cm; serta benjolan di bokong kanan berukuran 3x4cm dengan sedikit nyeri saat ditekan, yang dcurigai sebagai metastasis multipel. Pada 6 Juni, Ibu Livinda menjalani biopsi jarum, dan hasil pemeriksaan mengonfirmasi diagnosis dokter terhadap kondisi kesehatannya.
Perbandingan Pengobatan Tumor Retroperitoneal
Perbandingan Pengobatan Tumor Abdomen dan Panggul
Perbandingan Pengobatan Tumor Panggul
Setelah hasil pemeriksaan menyeluruh keluar, tim medis MDT rumah sakit segera mengadakan diskusi untuk mengevaluasi kondisi Ibu Livinda dan menyusun rancangan pengobatan awal, yaitu “Intervensi + Ar-He Knife Cryoablation”.
Pada 13 Juni 2024, Ibu Livinda menjalani sesi pertama dari rancangan pengobatan "TC" dengan terapi intervensi. Hanya empat hari setelah itu, dr. Lin Jing memeriksa pasien dan menyatakan bahwa gejala mual dan rasa sakit pasien membaik setelah pengobatan, dan benjolan di permukaan tubuh tampak menyusut dan menjadi lebih lunak. Pada 18 Juni, dr. He Jianyu dari ruang minimal invasif melakukan prosedur Ar-He Knife Cryoablation yang dipandu CT terhadap tumor besar di rongga perut dan di bawah ketiak kiri pasien. Setelah tindakan, kondisi tubuh Ibu Livinda pulih dengan baik, dan keluar RS tiga hari kemudian, mengakhiri pengobatan pertamanya.
Perbandingan Pengobatan Tumor Dinding Dada Kanan
Perbandingan Pengobatan Tumor Ketiak Kiri
Selama enam bulan berikutnya, Ibu Livinda kontrol ke RS setiap bulan dan menerima enam kali terapi intervensi tambahan. Selama periode ini, tumor terus menyusut, dan hingga saat menerima wawancara kami, kondisinya terus membaik. PET-CT seluruh tubuh yang dilakukan pada tanggal 7 November dibandingkan dengan bulan Juni, menunjukkan metastasis pada tulang rusuk ke-4 di sisi kanan, namun aktivitas tumor setelah pengobatan terhambat. Beberapa kelenjar getah bening yang membesar dan bayangan massa jaringan lunak di rongga perut-panggul, dinding dada kanan subkutan, ketiak kiri, dan leher kanan berkurang ukuran dan jumlahnya dibandingkan dengan sebelumnya, dan hanya sedikit yang tersisa.
Dalam pertarungan melawan kanker ini, Ibu Livinda meraih kemenangan awal.
Pengobatan Minimal Invasif yang sesuai dengan namanya
Ibu Livinda mengatakan bahwa setelah mengetahui tentang pengobatan minimal invasif, dia awalnya hanya berniat untuk mencoba. Setelah pengobatan, dia menyadari bahwa pengobatan minimal invasif memang sangat efektif, dengan luka yang sangat kecil dan rasa sakit yang minim. Selain itu, durasi pengobatannya singkat, meskipun dia menjalani pengobatan di luar negeri, dia tidak perlu berpisah terlalu lama dengan keluarganya. Efek samping satu-satunya yang muncul adalah kerontokan rambut, yang jarang terjadi pada pasien lain, tetapi Ibu Livinda menyatakan bahwa semua itu sepadan. Tubuhnya perlahan membaik, gejala penyakitnya menghilang setelah pengobatan, dan seluruh tubuhnya kembali kuat dan bersemangat.
Ibu Livinda mengungkapkan bahwa mereka sempat memiliki kekhawatiran untuk pergi berobat ke luar negeri, tetapi berbagai layanan di RS seperti penerjemah, antar-jemput bandara, dan layanan wisata medis membuat mereka merasa sangat tenang sejak kunjungan pertama. Dokter memberikan analisis yang jelas tentang kondisi penyakit, perawat selalu siap memberikan bantuan, dan berbagai aktivitas pasien di rumah sakit memperkaya kehidupan mereka selama dirawat. Ibu Livinda sangat senang karena telah memilih St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Ibu Livinda beserta suami, dokter penanggung jawab, Dong Kui, serta kepala perawat, Liu Tianhua
Saat diwawancarai, Ibu Livinda selalu tersenyum lebar. Sikap optimisnya membuat orang sama sekali tidak melihat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kanker pada dirinya. Meskipun keluarganya sempat terkejut ketika pertama kali mendengar kabar tentang penyakitnya, namun mereka tetap mendukungnya untuk menjalani pengobatan dengan baik. Bahkan ibunya yang berusia lebih dari tujuh puluh tahun terus memberi semangat, memberitahunya bahwa teknologi pengobatan saat ini sangat maju dan dia pasti akan sembuh. Dikelilingi oleh optimisme dan kasih sayang, Ibu Livinda selalu penuh dengan keberanian. Dia merasa bersyukur atas dukungan dari keluarga dan teman-temannya, dan setelah sakit, dia juga lebih memperhatikan pola makan serta menjaga kebiasaan hidup yang sehat. Dia berkata, "Kanker mungkin memang menakutkan, tetapi pengobatan yang maju akan membuat sel-sel kanker dalam tubuh semakin lemah. Saya berharap semua orang bisa tetap optimis dan percaya bahwa mereka akan semakin baik.”