Jangan menyerah pada proses pengobatan, terus menguatkan hati. Secara positif menjalani pengobatan kanker!
Romarico Paciano Gonzales selalu memiliki kondisi tubuh yang baik, hanya saja tahun lalu ia sempat merasakan rasa nyeri di bagian perut. Ia pun segera menjalani pemeriksaan kantong empedu di rumah sakit setempat. Awalnya ia pikir ini hanyalah masalah kecil, namun setelah menjalani kolesistektomi, tak berapa lama rasa nyerinya kembali muncul. Romarico kembali mengunjungi rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Namun kali ini hasil pemeriksaan membuat Romarico dan keluarga sangat terkejut. Ia divonis terkena kanker hati stadium 2 dan dianjurkan untuk segera menjalani operasi dan Romarico pun mengikuti anjuran dokter. Namun, tindakan operasi membuat Romarico sangat menderita, bahkan membuatnya komplikasi, seperti menurunnya kemampuan melihat dan mengingat. Untungnya tumor dapat diangkat bersih.
Tadinya ia pikir kalau ia telah melewati penderitaan pasca operasi dan mulai sembuh, namun ternyata itu hanya kebahagian yang singkat. Setengah tahun kemudian, kanker hatinya kembali kambuh. Dokter memvonis hidupnya hanya tersisa 6-12 bulan. Walaupun dokter sudah berkata seperti itu, namun Romarico yakin bahwa ia bisa hidup lebih lama. Oleh karena itu, ia tetap berusaha mencari opsi metode pengobatan lainnya. Keponakan Romarico juga menjalani pengobatan kanker di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dan mendapatkan hasil yang baik. Melihat keponakannya mendapatkan pengobatan yang baik di RS ini, ditambah tanpa perlu menjalani tindakan operasi, Romarico pun yakin untuk mengunjungi kantor perwakilan di Manila untuk mendapatkan info yang lebih jelas.
Di kantor perwakilan Manila ia mengetahui bahwa St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou adalah rumah sakit khusus tumor dan kanker yang sudah mendapatkan standarisasi JCI. Rumah sakit ini memiliki 18 metode pengobatan minimal invasif, dengan kelebihan antara lain tanpa operasi, hasil efektif, dan minim efek samping. Karena takut akan tindakan operasi, Romarico pun memutuskan untuk menjalani pengobatan kanker minimal invasif di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Pada tanggal 11 Oktober 2015, Romarico didamping putrinya sampai di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Pertama-tama tim MDT melakukan pemeriksaan, setelah dilakukan analisa dan diskusi lebih lanjut, maka tim dokter memutuskan menggunakan metode “Intervensi + Cryosurgery” di siklus pertama proses pengobatan tersebut.
Di Filipina, Romarico tidak pernah mendengar Terapi Intervensi atau Cryosurgery. Sebelum menjalani terapi tersebut, ia cukup khawatir. Dengan penjelasan dan perawatan dokter serta suster, keraguan dan ketakutannya pun menghilang. Selama proses pengobatan, Terapi Intervensi atau Cryosurgery sama sekali tidak membuatnya mengalami rasa sakit. Pasca pengobatan, tubuhnya agak lemah, namun sama sekali tidak ada efek samping. Keluhan rasa sakit pun mulai menghilang.
Pada tanggal 26 November, Romarico menjalani pengobatan siklus kedua. Romarico memberitahu mereka bahwa proses Cryosurgery tidak memberikan keluhan apapun pada dirinya. Selama proses pengobatan, ia merasa sangat relaks. Setelah pengobatan, ia juga tidak merasakan efek samping apapun, hal ini sangat berbeda dengan metode pengobatan di Filipina. Di Filipina, pasca operasi tubuh terasa sangat lemah, hanya bisa berbaring di ranjang, bekas luka juga sangat sakit.
Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik, Romarico pun menjalani Terapi Ozon dan Terapi Natural. Tumornya telah menyusut hingga 60%. Dokter penanggung jawab Romarico mengatakan bahwa proses pengobatan memberikan hasil yang sangat efektif.
Romarico memberi dukungan kepada para pasien kanker lainnya, jangan menyerah akan proses pengobatan, terus kuatkan hati. Secara positif menjalani pengobatan kanker!
Jangan menyerah pada proses pengobatan, terus menguatkan hati. Secara positif menjalani pengobatan kanker!
Romarico Paciano Gonzales selalu memiliki kondisi tubuh yang baik, hanya saja tahun lalu ia sempat merasakan rasa nyeri di bagian perut. Ia pun segera menjalani pemeriksaan kantong empedu di rumah sakit setempat. Awalnya ia pikir ini hanyalah masalah kecil, namun setelah menjalani kolesistektomi, tak berapa lama rasa nyerinya kembali muncul. Romarico kembali mengunjungi rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut. Namun kali ini hasil pemeriksaan membuat Romarico dan keluarga sangat terkejut. Ia divonis terkena kanker hati stadium 2 dan dianjurkan untuk segera menjalani operasi dan Romarico pun mengikuti anjuran dokter. Namun, tindakan operasi membuat Romarico sangat menderita, bahkan membuatnya komplikasi, seperti menurunnya kemampuan melihat dan mengingat. Untungnya tumor dapat diangkat bersih.
Tadinya ia pikir kalau ia telah melewati penderitaan pasca operasi dan mulai sembuh, namun ternyata itu hanya kebahagian yang singkat. Setengah tahun kemudian, kanker hatinya kembali kambuh. Dokter memvonis hidupnya hanya tersisa 6-12 bulan. Walaupun dokter sudah berkata seperti itu, namun Romarico yakin bahwa ia bisa hidup lebih lama. Oleh karena itu, ia tetap berusaha mencari opsi metode pengobatan lainnya. Keponakan Romarico juga menjalani pengobatan kanker di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dan mendapatkan hasil yang baik. Melihat keponakannya mendapatkan pengobatan yang baik di RS ini, ditambah tanpa perlu menjalani tindakan operasi, Romarico pun yakin untuk mengunjungi kantor perwakilan di Manila untuk mendapatkan info yang lebih jelas.
Di kantor perwakilan Manila ia mengetahui bahwa St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou adalah rumah sakit khusus tumor dan kanker yang sudah mendapatkan standarisasi JCI. Rumah sakit ini memiliki 18 metode pengobatan minimal invasif, dengan kelebihan antara lain tanpa operasi, hasil efektif, dan minim efek samping. Karena takut akan tindakan operasi, Romarico pun memutuskan untuk menjalani pengobatan kanker minimal invasif di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Pada tanggal 11 Oktober 2015, Romarico didamping putrinya sampai di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Pertama-tama tim MDT melakukan pemeriksaan, setelah dilakukan analisa dan diskusi lebih lanjut, maka tim dokter memutuskan menggunakan metode “Intervensi + Cryosurgery” di siklus pertama proses pengobatan tersebut.
Di Filipina, Romarico tidak pernah mendengar Terapi Intervensi atau Cryosurgery. Sebelum menjalani terapi tersebut, ia cukup khawatir. Dengan penjelasan dan perawatan dokter serta suster, keraguan dan ketakutannya pun menghilang. Selama proses pengobatan, Terapi Intervensi atau Cryosurgery sama sekali tidak membuatnya mengalami rasa sakit. Pasca pengobatan, tubuhnya agak lemah, namun sama sekali tidak ada efek samping. Keluhan rasa sakit pun mulai menghilang.
Pada tanggal 26 November, Romarico menjalani pengobatan siklus kedua. Romarico memberitahu mereka bahwa proses Cryosurgery tidak memberikan keluhan apapun pada dirinya. Selama proses pengobatan, ia merasa sangat relaks. Setelah pengobatan, ia juga tidak merasakan efek samping apapun, hal ini sangat berbeda dengan metode pengobatan di Filipina. Di Filipina, pasca operasi tubuh terasa sangat lemah, hanya bisa berbaring di ranjang, bekas luka juga sangat sakit.
Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik, Romarico pun menjalani Terapi Ozon dan Terapi Natural. Tumornya telah menyusut hingga 60%. Dokter penanggung jawab Romarico mengatakan bahwa proses pengobatan memberikan hasil yang sangat efektif.
Romarico memberi dukungan kepada para pasien kanker lainnya, jangan menyerah akan proses pengobatan, terus kuatkan hati. Secara positif menjalani pengobatan kanker!