“Dengan tersenyum setiap hari, kita tidak perlu mengkonsumsi obat lagi. Kita harus optimis dalam menghadapi kanker “
Ng Tjai Hong yang tahun ini berusia 54 tahun berasal dari Malaysia, ia adalah seorang ibu rumah tangga, setiap hari ia mengurus suami dan 4 orang anaknya, ia memiliki hidup yang sederhana dan bahagia. Namun, sebuah hasil diagnosa yang keluar sekitar 3 tahun lalu menghancurkan ketenangan hidup keluarga ini.
3 tahun lalu, Ng Tjai Hong tiba-tiba mengalami sakit perut hingga ke bagian pinggang yang membuatnya tidak bisa bangun. Dengan bantuan keluarga, Ng Tjai Hong melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tumor di ovariumnya, dan akhirnya ia pun menjalani operasi. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, dokter menemukan adanya sebuah tumor kecil di leher kirinya, kemudian dokter pun mendiagnosanya terkena kanker ovarium metastasis kelenjar getah bening. Pada saat itu dokter memvonis hidupnya hanya tersisa 1 tahun, dan menyarankannya untuk segera menjalani kemoterapi, namun Ng Tjai Hong menolak. “Karena saya dengar kemoterapi dapat memperburuk kondisi tubuh, bisa menyebabkan muntah, rambut rontok dan efek samping lainnya, saya takut tubuh saya tidak mampu menerimanya.”
Kemudian, atas rekomendasi salah seorang anggota keluarganya, Ng Tjai Hong mulai mengkonsumsi semacam ramuan yang dikembangkan secara khusus dari seorang profesor di Singapore. Namun, dua setengah tahun kemudian, tumor di leher kiri Ng Tjai Hong malah semakin membesar, bahkan warnanya telah berubah menjadi merah tua. Saat itu hatinya sangat kacau, ia tidak tahu harus melakukan apa lagi.
Kemudian, atas saran kakak iparnya, Ng Tjai Hong memilih untuk menjalani pengobatan tradisional china (sinshe). Namun, karena kondisinya sudah sangat serius, sinshe tersebut juga tidak sanggup, ia hanya diberikan obat untuk 1 minggu. Setelah menkonsumsi obat yang diberikan, tumor di leher kiri Ng Tjai Hong mulai berdarah. Saat itu ia sangat ketakutan, tidak tahu harus bagaimana. Dalam keputusasaannya, ia masih menyempatkan diri untuk berdoa dan menenangkan hatinya.
Saat itu, semua keluarga dan teman-teman yang peduli padanya, membantu untuk mencarikan pengobatan yang lebih baik. Tidak lama kemudian, putri dari adik iparnya menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di internet. Dengan didampingi keluarga, Ng Tjai Hong datang ke kantor perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di Kuala Lumpur untuk berkonsultasi lebih lanjut. Karena keputusasaannya terhadap pengobatan di Malaysia, ia pun memutuskan untuk menjalani pengobatan di China.
Pada Mei 2016, Ng Tjai Hong datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Saat masuk rumah sakit, ia hampir tidak bisa berbicara karena tumor di leher kirinya menekan hingga ke saraf. Melihat kondisinya yang sudah sangat serius, tim medis MDT St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou segera menyusun rancangan pengobatan untuknya, yaitu Cryosurgery, Intervensi dan Terapi Ozon.
Saat ini, setelah menjalani Cryosurgery, Intervensi dan Terapi Ozon, Ng Tjai Hong akhirnya dapat berbicara kembali. Yang paling membuatnya gembira adalah tumor di leher kirinya telah menyusut sebanyak 3/4. “Sebelumnya saya menghabiskan waktu 2 tahun setengah untuk pengobatan, namun tumor semakin membesar, tapi di sini saya hanya menjalani pengobatan selama 2 bulan dan tumor saya sudah jauh lebih kecil,” ujar Ng Tjai Hong.
Mendapatkan hasil pengobatan yang baik membuat Ng Tjai Hong sangat berterima kasih kepada para staff medis St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou yang telah merawatnya dengan baik, serta keluarga dan teman-teman atas dukungan dan perhatiannya. “Demi menjaga saya, putri pertama saya yang baru saja lulus dari universitas dan mendapatkan pekerjaan langsung mengundurkan diri, dia bilang, pekerjaan masih banyak, tapi mama hanya ada satu.” Mengingat perjuangan dari putri pertamanya, Ng Tjai Hong tersentuh hingga meneteskan air mata. “Sebenarnya semua keempat anak saya sering memberikan semangat kepada saya, membuat saya berani. Keluarga dan teman-teman juga selalu mendorong saya, membuat saya tidak menyerah. Jadi, demi mereka, saya harus berusaha !!” ucap Ng Tjai Hong dengan tegas.
Terakhir, Ng Tjai Hong berpesan kepada pasien kanker lainnya : “Dengan tersenyum setiap hari, kita tidak perlu mengkonsumsi obat lagi. Kita harus optimis dalam menghadapi kanker, jangan terus terpuruk dalam kegelapan, harus mencari jalan keluar sampai kita menemukan titik terang”.
“Dengan tersenyum setiap hari, kita tidak perlu mengkonsumsi obat lagi. Kita harus optimis dalam menghadapi kanker “
Ng Tjai Hong yang tahun ini berusia 54 tahun berasal dari Malaysia, ia adalah seorang ibu rumah tangga, setiap hari ia mengurus suami dan 4 orang anaknya, ia memiliki hidup yang sederhana dan bahagia. Namun, sebuah hasil diagnosa yang keluar sekitar 3 tahun lalu menghancurkan ketenangan hidup keluarga ini.
3 tahun lalu, Ng Tjai Hong tiba-tiba mengalami sakit perut hingga ke bagian pinggang yang membuatnya tidak bisa bangun. Dengan bantuan keluarga, Ng Tjai Hong melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tumor di ovariumnya, dan akhirnya ia pun menjalani operasi. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, dokter menemukan adanya sebuah tumor kecil di leher kirinya, kemudian dokter pun mendiagnosanya terkena kanker ovarium metastasis kelenjar getah bening. Pada saat itu dokter memvonis hidupnya hanya tersisa 1 tahun, dan menyarankannya untuk segera menjalani kemoterapi, namun Ng Tjai Hong menolak. “Karena saya dengar kemoterapi dapat memperburuk kondisi tubuh, bisa menyebabkan muntah, rambut rontok dan efek samping lainnya, saya takut tubuh saya tidak mampu menerimanya.”
Kemudian, atas rekomendasi salah seorang anggota keluarganya, Ng Tjai Hong mulai mengkonsumsi semacam ramuan yang dikembangkan secara khusus dari seorang profesor di Singapore. Namun, dua setengah tahun kemudian, tumor di leher kiri Ng Tjai Hong malah semakin membesar, bahkan warnanya telah berubah menjadi merah tua. Saat itu hatinya sangat kacau, ia tidak tahu harus melakukan apa lagi.
Kemudian, atas saran kakak iparnya, Ng Tjai Hong memilih untuk menjalani pengobatan tradisional china (sinshe). Namun, karena kondisinya sudah sangat serius, sinshe tersebut juga tidak sanggup, ia hanya diberikan obat untuk 1 minggu. Setelah menkonsumsi obat yang diberikan, tumor di leher kiri Ng Tjai Hong mulai berdarah. Saat itu ia sangat ketakutan, tidak tahu harus bagaimana. Dalam keputusasaannya, ia masih menyempatkan diri untuk berdoa dan menenangkan hatinya.
Saat itu, semua keluarga dan teman-teman yang peduli padanya, membantu untuk mencarikan pengobatan yang lebih baik. Tidak lama kemudian, putri dari adik iparnya menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di internet. Dengan didampingi keluarga, Ng Tjai Hong datang ke kantor perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di Kuala Lumpur untuk berkonsultasi lebih lanjut. Karena keputusasaannya terhadap pengobatan di Malaysia, ia pun memutuskan untuk menjalani pengobatan di China.
Pada Mei 2016, Ng Tjai Hong datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Saat masuk rumah sakit, ia hampir tidak bisa berbicara karena tumor di leher kirinya menekan hingga ke saraf. Melihat kondisinya yang sudah sangat serius, tim medis MDT St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou segera menyusun rancangan pengobatan untuknya, yaitu Cryosurgery, Intervensi dan Terapi Ozon.
Saat ini, setelah menjalani Cryosurgery, Intervensi dan Terapi Ozon, Ng Tjai Hong akhirnya dapat berbicara kembali. Yang paling membuatnya gembira adalah tumor di leher kirinya telah menyusut sebanyak 3/4. “Sebelumnya saya menghabiskan waktu 2 tahun setengah untuk pengobatan, namun tumor semakin membesar, tapi di sini saya hanya menjalani pengobatan selama 2 bulan dan tumor saya sudah jauh lebih kecil,” ujar Ng Tjai Hong.
Mendapatkan hasil pengobatan yang baik membuat Ng Tjai Hong sangat berterima kasih kepada para staff medis St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou yang telah merawatnya dengan baik, serta keluarga dan teman-teman atas dukungan dan perhatiannya. “Demi menjaga saya, putri pertama saya yang baru saja lulus dari universitas dan mendapatkan pekerjaan langsung mengundurkan diri, dia bilang, pekerjaan masih banyak, tapi mama hanya ada satu.” Mengingat perjuangan dari putri pertamanya, Ng Tjai Hong tersentuh hingga meneteskan air mata. “Sebenarnya semua keempat anak saya sering memberikan semangat kepada saya, membuat saya berani. Keluarga dan teman-teman juga selalu mendorong saya, membuat saya tidak menyerah. Jadi, demi mereka, saya harus berusaha !!” ucap Ng Tjai Hong dengan tegas.
Terakhir, Ng Tjai Hong berpesan kepada pasien kanker lainnya : “Dengan tersenyum setiap hari, kita tidak perlu mengkonsumsi obat lagi. Kita harus optimis dalam menghadapi kanker, jangan terus terpuruk dalam kegelapan, harus mencari jalan keluar sampai kita menemukan titik terang”.