Saya Nowiti Sagala, berusia 57 tahun. Dari tahun 2007 hingga sekarang, kanker telah memberi saya banyak “suvenir”, mulai dari bekas luka operasi 10cm di perut, hingga bekas luka operasi 8cm di ketiak, mulai dari kanker payudara hingga mutasi gen BRCA1. Kanker, pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi hampir menghancurkan saya. Untungnya, pengobatan intervensi minimal invasif tidak hanya menyelamatkan saya dari pengobatan konvensional yang bagaikan “neraka”, tetapi juga sepenuhnya "menghilangkan" semua tumor di tubuh saya!
Saat menjalani intervensi minimal invasif, kondisi saya baik
Selama proses melawan kanker yang panjang dan berulang, saya hampir dikalahkan oleh pengobatan konvensional
Mimpi buruk itu dimulai pada tahun 2007. Saat itu, saya menjalani operasi konservasi payudara dan pembedahan kelenjar getah bening aksila di rumah sakit setempat. Saya menjalani 6 kali kemoterapi dan 33 kali radioterapi setelah operasi, dan itu belum berakhir. Pada tahun 2019, saya pergi ke rumah sakit setempat untuk pemeriksaan karena buang air kecil yang tidak normal, dan hasilnya menunjukkan: kanker ovarium. Saat itu, saya mengikuti saran dokter dan menjalani histerektomi total dan reseksi ovarium bilateral, namun malah terjadi metastasis di beberapa lokasi setelah operasi. Oleh karena itu, saya menjalani 6 kali kemoterapi lagi. Pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi berulang kali seperti penyiksaan, membuat saya menderita. Untung saya melakukan pemeriksaan secara rutin dari tahun 2019 hingga 2023, dan hasilnya semuanya normal.
Pada Agustus 2023, pemeriksaan menunjukkan penanda tumor meningkat (CA125 251,81U/ml), namun hasil pemeriksaan CT tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan tumor. Saya menyadari ada yang tidak beres pada saat itu, namun saya tetap tidak mengambil tindakan pengobatan apa pun. Hingga September 2023, pemeriksaan CT menunjukkan: massa panggul kiri (ukuran sekitar 3x1,7cm) dan kekambuhan lokal. Dokter dengan tenang berkata kepada saya: "Lanjutkan saja kemoterapinya!" Pada saat itu, saya berulang kali berpikir: "Apakah saya masih dapat menanggung kemoterapi?" Saya dapat bertahan melakukan pengobatan, tetapi bukan melalui pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi yang akan menghancurkan saya.
Intervensi Minimal Invasif menghindari risiko reseksi dan efek samping kemoradioterapi
Tidak lama kemudian, seorang teman merekomendasikan saya sebuah rumah sakit di Tiongkok. Dia pernah menderita kanker lidah dan kembali hidup sehat setelah menjalani intervensi minimal invasif. Setelah mengetahui tentang teknologi baru pengobatan kanker tanpa pembedahan, saya sepertinya telah menemukan harapan terakhir saya. Akhirnya, saya tidak lagi harus menjalani operasi atau menanggung rasa sakit akibat radioterapi dan kemoterapi! Saya segera menghubungi Pusat Layanan Internasional Medan dan melakukan konsultasi jarak jauh dengan ahli MDT. Ahli MDT memberi tahu saya: "Pengobatan minimal invasif dapat menggantikan operasi reseksi, radioterapi, dan kemoterapi konvensional. Konsentrasi obatnya lebih tinggi, sehingga lebih akurat, tingkat kekambuhan lebih rendah, minim rasa sakit, dan lebih sesuai dengan kondisi saya."
Maka pada tanggal 23 September 2023, saya datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Hasil pemeriksaan menunjukkan penanda tumor semakin meningkat secara signifikan (CA125 2814,90*u/ml), ukuran tumornya sekitar 3cm, disertai metastasis hati. Setelah berdiskusi dengan tim ahli MDT, mereka akhirnya merumuskan rancangan pengobatan intervensi minimal invasif untuk saya.
Intervensi Minimal Invasif, akurat dan efektif
Ketika saya menerima intervensi minimal invasif yang pertama, obat anti-tumor dimasukkan ke lokasi tumor di tubuh saya melalui tabung yang sangat kecil berdasarkan petunjuk alat pencitraan. Karena anestesi lokal, saya dapat dengan jelas melihat lokasi tumor pada layar monitor. Saya merasa seperti disuntik, tidak ada rasa sakit yang berarti, dan pengobatan selesai dalam 30 menit. Dibandingkan dengan operasi reseksi, radioterapi, dan kemoterapi, ini benar-benar mengurangi beban dan rasa sakit saya secara maksimal. Dan setelah beberapa hari, gejala buang air kecil yang tidak normal membaik secara signifikan, dan seluruh aktivitas serta pekerjaan berjalan seperti biasa. Saya sangat senang karena saya tidak salah memilih rumah sakit, dan saya sangat bersyukur bisa terhindar dari derita pengobatan konvensional!
Selama melakukan visit, para dokter dan perawat sangat profesional dan ramah. Tidak peduli seberapa besar kekhawatiran saya, mereka bersedia mendengarkan dan membantu saya, serta menjelaskan kondisi dan instruksi dengan sangat jelas, ini hal yang belum pernah saya alami di rumah sakit lain. Meski ada kendala bahasa, tetapi penerjemah yang profesional selalu bisa menyampaikan keinginan kami dengan baik.
Saya dan dokter penanggung jawab berfoto bersama
Setelah dua kali intervensi minimal invasif, saya merasa semua gejala fisik saya telah hilang. Setelah pemeriksaan CT, dokter memberi tahu saya: "Kabar baik! Hasil pengobatannya sangat signifikan, dan tumornya hampir tidak terlihat!" Saya sangat senang dan terharu saat itu. Pada saat visit tanggal 2 Maret 2024, dokter memberi tahu saya bahwa penanda tumor saya telah kembali normal, dan CT menunjukkan bahwa tumor tersebut telah hilang sepenuhnya! Kemarin saya baru saja pergi berbelanja dan berjalan sejauh 5km tanpa merasa lelah!
Sisi kanan menunjukkan hasil pemeriksaan CT setelah pengobatan, lesi tumor di ovarium telah hilang sepenuhnya
Sisi kanan menunjukkan hasil pemeriksaan CT setelah pengobatan, lesi tumor di hati telah hilang sepenuhnya
Dalam menghadapi kanker, kita boleh menangis, tapi tidak boleh menyerah
Saya dengan tulus berterima kasih kepada dokter penanggung jawab saya dan staf medis lainnya, termasuk penerjemah. Pertama, teknologi pengobatan yang dapat diandalkan, dan kedua, antusiasme, perhatian, dan dorongan mereka, yang telah memberi saya kekuatan besar. Saya ingin memberi tahu pasien kanker lainnya: "Dalam menghadapi kanker, kita boleh menangis, tapi tidak boleh menyerah. Kita harus bertahan dan mencari teknologi pengobatan berkualitas tinggi. Intervensi minimal invasif dan teknologi minimal invasif lainnya dapat mengurangi rasa sakit kita, waktu pengobatan dan efek kuratifnya lebih cepat, dapat menjaga kualitas hidup kita dan meningkatkan kelangsungan hidup. "
Terima kasih kepada suami yang telah menemani selama pengobatan
Saya Nowiti Sagala, berusia 57 tahun. Dari tahun 2007 hingga sekarang, kanker telah memberi saya banyak “suvenir”, mulai dari bekas luka operasi 10cm di perut, hingga bekas luka operasi 8cm di ketiak, mulai dari kanker payudara hingga mutasi gen BRCA1. Kanker, pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi hampir menghancurkan saya. Untungnya, pengobatan intervensi minimal invasif tidak hanya menyelamatkan saya dari pengobatan konvensional yang bagaikan “neraka”, tetapi juga sepenuhnya "menghilangkan" semua tumor di tubuh saya!
Saat menjalani intervensi minimal invasif, kondisi saya baik
Selama proses melawan kanker yang panjang dan berulang, saya hampir dikalahkan oleh pengobatan konvensional
Mimpi buruk itu dimulai pada tahun 2007. Saat itu, saya menjalani operasi konservasi payudara dan pembedahan kelenjar getah bening aksila di rumah sakit setempat. Saya menjalani 6 kali kemoterapi dan 33 kali radioterapi setelah operasi, dan itu belum berakhir. Pada tahun 2019, saya pergi ke rumah sakit setempat untuk pemeriksaan karena buang air kecil yang tidak normal, dan hasilnya menunjukkan: kanker ovarium. Saat itu, saya mengikuti saran dokter dan menjalani histerektomi total dan reseksi ovarium bilateral, namun malah terjadi metastasis di beberapa lokasi setelah operasi. Oleh karena itu, saya menjalani 6 kali kemoterapi lagi. Pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi berulang kali seperti penyiksaan, membuat saya menderita. Untung saya melakukan pemeriksaan secara rutin dari tahun 2019 hingga 2023, dan hasilnya semuanya normal.
Pada Agustus 2023, pemeriksaan menunjukkan penanda tumor meningkat (CA125 251,81U/ml), namun hasil pemeriksaan CT tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan tumor. Saya menyadari ada yang tidak beres pada saat itu, namun saya tetap tidak mengambil tindakan pengobatan apa pun. Hingga September 2023, pemeriksaan CT menunjukkan: massa panggul kiri (ukuran sekitar 3x1,7cm) dan kekambuhan lokal. Dokter dengan tenang berkata kepada saya: "Lanjutkan saja kemoterapinya!" Pada saat itu, saya berulang kali berpikir: "Apakah saya masih dapat menanggung kemoterapi?" Saya dapat bertahan melakukan pengobatan, tetapi bukan melalui pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi yang akan menghancurkan saya.
Intervensi Minimal Invasif menghindari risiko reseksi dan efek samping kemoradioterapi
Tidak lama kemudian, seorang teman merekomendasikan saya sebuah rumah sakit di Tiongkok. Dia pernah menderita kanker lidah dan kembali hidup sehat setelah menjalani intervensi minimal invasif. Setelah mengetahui tentang teknologi baru pengobatan kanker tanpa pembedahan, saya sepertinya telah menemukan harapan terakhir saya. Akhirnya, saya tidak lagi harus menjalani operasi atau menanggung rasa sakit akibat radioterapi dan kemoterapi! Saya segera menghubungi Pusat Layanan Internasional Medan dan melakukan konsultasi jarak jauh dengan ahli MDT. Ahli MDT memberi tahu saya: "Pengobatan minimal invasif dapat menggantikan operasi reseksi, radioterapi, dan kemoterapi konvensional. Konsentrasi obatnya lebih tinggi, sehingga lebih akurat, tingkat kekambuhan lebih rendah, minim rasa sakit, dan lebih sesuai dengan kondisi saya."
Maka pada tanggal 23 September 2023, saya datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Hasil pemeriksaan menunjukkan penanda tumor semakin meningkat secara signifikan (CA125 2814,90*u/ml), ukuran tumornya sekitar 3cm, disertai metastasis hati. Setelah berdiskusi dengan tim ahli MDT, mereka akhirnya merumuskan rancangan pengobatan intervensi minimal invasif untuk saya.
Intervensi Minimal Invasif, akurat dan efektif
Ketika saya menerima intervensi minimal invasif yang pertama, obat anti-tumor dimasukkan ke lokasi tumor di tubuh saya melalui tabung yang sangat kecil berdasarkan petunjuk alat pencitraan. Karena anestesi lokal, saya dapat dengan jelas melihat lokasi tumor pada layar monitor. Saya merasa seperti disuntik, tidak ada rasa sakit yang berarti, dan pengobatan selesai dalam 30 menit. Dibandingkan dengan operasi reseksi, radioterapi, dan kemoterapi, ini benar-benar mengurangi beban dan rasa sakit saya secara maksimal. Dan setelah beberapa hari, gejala buang air kecil yang tidak normal membaik secara signifikan, dan seluruh aktivitas serta pekerjaan berjalan seperti biasa. Saya sangat senang karena saya tidak salah memilih rumah sakit, dan saya sangat bersyukur bisa terhindar dari derita pengobatan konvensional!
Selama melakukan visit, para dokter dan perawat sangat profesional dan ramah. Tidak peduli seberapa besar kekhawatiran saya, mereka bersedia mendengarkan dan membantu saya, serta menjelaskan kondisi dan instruksi dengan sangat jelas, ini hal yang belum pernah saya alami di rumah sakit lain. Meski ada kendala bahasa, tetapi penerjemah yang profesional selalu bisa menyampaikan keinginan kami dengan baik.
Saya dan dokter penanggung jawab berfoto bersama
Setelah dua kali intervensi minimal invasif, saya merasa semua gejala fisik saya telah hilang. Setelah pemeriksaan CT, dokter memberi tahu saya: "Kabar baik! Hasil pengobatannya sangat signifikan, dan tumornya hampir tidak terlihat!" Saya sangat senang dan terharu saat itu. Pada saat visit tanggal 2 Maret 2024, dokter memberi tahu saya bahwa penanda tumor saya telah kembali normal, dan CT menunjukkan bahwa tumor tersebut telah hilang sepenuhnya! Kemarin saya baru saja pergi berbelanja dan berjalan sejauh 5km tanpa merasa lelah!
Sisi kanan menunjukkan hasil pemeriksaan CT setelah pengobatan, lesi tumor di ovarium telah hilang sepenuhnya
Sisi kanan menunjukkan hasil pemeriksaan CT setelah pengobatan, lesi tumor di hati telah hilang sepenuhnya
Dalam menghadapi kanker, kita boleh menangis, tapi tidak boleh menyerah
Saya dengan tulus berterima kasih kepada dokter penanggung jawab saya dan staf medis lainnya, termasuk penerjemah. Pertama, teknologi pengobatan yang dapat diandalkan, dan kedua, antusiasme, perhatian, dan dorongan mereka, yang telah memberi saya kekuatan besar. Saya ingin memberi tahu pasien kanker lainnya: "Dalam menghadapi kanker, kita boleh menangis, tapi tidak boleh menyerah. Kita harus bertahan dan mencari teknologi pengobatan berkualitas tinggi. Intervensi minimal invasif dan teknologi minimal invasif lainnya dapat mengurangi rasa sakit kita, waktu pengobatan dan efek kuratifnya lebih cepat, dapat menjaga kualitas hidup kita dan meningkatkan kelangsungan hidup. "
Terima kasih kepada suami yang telah menemani selama pengobatan