FATHUR TAHMAN BIN OEMAT SAID bersama dengan staff
Nama saya Fathur Rahman Bin Oemar Said, asal Indonesia. Pada tahun 1992, saya didiagnosa memiliki benjolan di bagian bawah wajah saya. Saya sudah melakukan berbagai pengobatan. Tetapi pada tahun 1998, saya terdiagnosa menderita kanker kelenjar parotis. Ketika mendengarnya, hidup saya terasa gelap, seperti kiamat. Saya berpikir, mengapa harus seperti ini? Mengapa Tuhan memberikan hidup yang begitu tragis untuk saya ?
Selain kesehatan saya yang mulai menurun, ekonomi saya juga sedang bermasalah, akibatnya usaha saya pun terhenti, bisnis yang saya jalani tidak menghasilkan. Dalam sekejap, saya tidak memiliki apapun. Meskipun ekonomi saya terpuruk dan suasana hati saya juga sangat tertekan, tetapi saya masih tetap mencari metode pengobatan yang terbaik.
Di Indonesia, saya total menjalani 4 kali operasi. Pada tahun 1998, tumor saya mulai membesar lagi, saya bertemu dengan beberapa profesor di Medan. Semua metode pengobatan seperti operasi, kemoterapi dan radioterapi sudah pernah saya jalani, namun tumor saya tetap tidak ada perubahan, malah semakin membesar. Saya sangat binggung dan bertanya kepada dokter yang menangani saya, ‘Saya sudah menjalani begitu banyak radioterapi, mengapa masih tidak ada perubahan? Pengobatan apa lagi yang harus saya jalani?’
Jawaban dokter benar-benar di luar dugaan. Ia mengatakan bahwa saya sudah tidak perlu menjalani pengobatan lagi, saya hanya bisa menunggu kematian itu datang. Sampai tahun 2003, ketika tumor saya mengalami kekambuhan, saya tidak lagi melakukan pengobatan, karena dokter sudah menyerah.
Karena di Indonesia tidak ada satu rumah sakit pun yang dapat mengobati penyakit saya, saya hanya bisa seorang diri menunggu kematian datang. Tidak ada hal lain yang dapat saya lakukan, ditambah dengan kesulitan ekonomi, saya hanya bisa melihat orang lain tertawa dan menangisi diri saya sendiri. Kepercayaan saya adalah Islam, saya berpikir bahwa Tuhan akan membantu saya, IA pasti akan memberikan jalan bagi saya.
Benar saja. Pada tahun 2007, saya tidak sengaja melihat informasi tentang Modern Cancer Hospital Guangzhou di Koran. Saya merasakan adanya sedikit harapan, tetapi juga tidak berani banyak berharap, karena semua ahli di Indonesia mengatakan penyakit saya tidak dapat diobati lagi. Pada saat itu, keajaiban pun terjadi, semua teman saya datang membantu. Dengan bantuan dari teman-teman, saya datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou. Saat itu, kepala saya sudah tidak dapat digerakkan, karena tumor saya sudah sangat besar, kira-kira sebesar 5 jari, sakit seperti disengat listrik.
Setelah datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou, saya berkata kepada Prof. Zheng, ‘Tolong kalian bantu saya untuk menghilangkan tumor ini’. Prof. Zheng mengatakan, ‘Anda tenang saja. Kami masih memiliki metode pengobatan lain selain operasi’. 2 hari kemudian, Prof. Zheng menyarankan saya untuk menjalani Cryosurgery.
Cryosurgery hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit, saat proses berjalan, saya tidak merasakan apapun. Mungkin karena sebelumnya di Indonesia saya telah menjalani terlalu banyak kemoterapi dan radioterapi, sehingga saya merasa semua otot-otot di wajah saya sudah mati rasa, tekstur wajah saya pun membentuk cekung ke bawah. Setelah menjalani pengobatan, mata saya rasanya tidak dapat dibuka, saat berbicara pun seakan-akan saya harus menekan otot-otot di bagian wajah. Tetapi 3 hari kemudian, saya merasa sangat nyaman, saya dapat berjalan-jalan sendiri mengelilingi Guangzhou. Sekitar 10 hari kemudian, saya kembali mejalani terapi Penanaman Biji Partikel, yang saya rasakan hanya sedikit rasa sakit akibat suntikan obat bius. Kemudian saya kembali ke Indonesia, setelah 1 bulan kembali ke indonesia, efektifitas pengobatan pun mulai terasa, kepala saya sudah bisa digerakkan kembali. Kemudian melanjutkan pengobatan dengan menjalani beberapa kali Terapi Natural, setahun kemudian saya menjalani terapi Photodynamic. Dan 1 tahun setelahnya, tumor saya mulai mengecil. Dan 1 tahun setelahnya lagi, wajah saya benar-benar sudah kembali normal.
Pada tahun 2011, saya kembali menjalani pemeriksaan ke Modern Cancer Hospital Guangzhou. Dokter mengatakan, ‘Kunjunganmu kali ini sebaiknya digunakan untuk berjalan-jalan, kondisi anda sudah tidak ada masalah’.
Sekarang saya datang lagi ke Guangzhou, namun saya membawa seorang teman saya untuk berobat, sekaligus untuk berwisata. Sebelumnya, dokter di Indonesia memvonis hidup saya hanya tersisa 3 sampai 6 bulan, saya sangat takut. Sekarang, kematian tidak lagi menakutkan bagi saya. Saya berpikir, setiap penyakit seharusnya ada cara untuk mengobatinya. Seseorang yang menderita kanker, harus yakin dan jangan cemas, yakinlah pasti ada cara untuk mengobatinya. Yang terpenting adalah harus percaya, bahwa Tuhan pasti akan membantu anda, Tuhan selalu memiliki jalan untuk anda.
FATHUR TAHMAN BIN OEMAT SAID bersama dengan staff
Nama saya Fathur Rahman Bin Oemar Said, asal Indonesia. Pada tahun 1992, saya didiagnosa memiliki benjolan di bagian bawah wajah saya. Saya sudah melakukan berbagai pengobatan. Tetapi pada tahun 1998, saya terdiagnosa menderita kanker kelenjar parotis. Ketika mendengarnya, hidup saya terasa gelap, seperti kiamat. Saya berpikir, mengapa harus seperti ini? Mengapa Tuhan memberikan hidup yang begitu tragis untuk saya ?
Selain kesehatan saya yang mulai menurun, ekonomi saya juga sedang bermasalah, akibatnya usaha saya pun terhenti, bisnis yang saya jalani tidak menghasilkan. Dalam sekejap, saya tidak memiliki apapun. Meskipun ekonomi saya terpuruk dan suasana hati saya juga sangat tertekan, tetapi saya masih tetap mencari metode pengobatan yang terbaik.
Di Indonesia, saya total menjalani 4 kali operasi. Pada tahun 1998, tumor saya mulai membesar lagi, saya bertemu dengan beberapa profesor di Medan. Semua metode pengobatan seperti operasi, kemoterapi dan radioterapi sudah pernah saya jalani, namun tumor saya tetap tidak ada perubahan, malah semakin membesar. Saya sangat binggung dan bertanya kepada dokter yang menangani saya, ‘Saya sudah menjalani begitu banyak radioterapi, mengapa masih tidak ada perubahan? Pengobatan apa lagi yang harus saya jalani?’
Jawaban dokter benar-benar di luar dugaan. Ia mengatakan bahwa saya sudah tidak perlu menjalani pengobatan lagi, saya hanya bisa menunggu kematian itu datang. Sampai tahun 2003, ketika tumor saya mengalami kekambuhan, saya tidak lagi melakukan pengobatan, karena dokter sudah menyerah.
Karena di Indonesia tidak ada satu rumah sakit pun yang dapat mengobati penyakit saya, saya hanya bisa seorang diri menunggu kematian datang. Tidak ada hal lain yang dapat saya lakukan, ditambah dengan kesulitan ekonomi, saya hanya bisa melihat orang lain tertawa dan menangisi diri saya sendiri. Kepercayaan saya adalah Islam, saya berpikir bahwa Tuhan akan membantu saya, IA pasti akan memberikan jalan bagi saya.
Benar saja. Pada tahun 2007, saya tidak sengaja melihat informasi tentang Modern Cancer Hospital Guangzhou di Koran. Saya merasakan adanya sedikit harapan, tetapi juga tidak berani banyak berharap, karena semua ahli di Indonesia mengatakan penyakit saya tidak dapat diobati lagi. Pada saat itu, keajaiban pun terjadi, semua teman saya datang membantu. Dengan bantuan dari teman-teman, saya datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou. Saat itu, kepala saya sudah tidak dapat digerakkan, karena tumor saya sudah sangat besar, kira-kira sebesar 5 jari, sakit seperti disengat listrik.
Setelah datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou, saya berkata kepada Prof. Zheng, ‘Tolong kalian bantu saya untuk menghilangkan tumor ini’. Prof. Zheng mengatakan, ‘Anda tenang saja. Kami masih memiliki metode pengobatan lain selain operasi’. 2 hari kemudian, Prof. Zheng menyarankan saya untuk menjalani Cryosurgery.
Cryosurgery hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit, saat proses berjalan, saya tidak merasakan apapun. Mungkin karena sebelumnya di Indonesia saya telah menjalani terlalu banyak kemoterapi dan radioterapi, sehingga saya merasa semua otot-otot di wajah saya sudah mati rasa, tekstur wajah saya pun membentuk cekung ke bawah. Setelah menjalani pengobatan, mata saya rasanya tidak dapat dibuka, saat berbicara pun seakan-akan saya harus menekan otot-otot di bagian wajah. Tetapi 3 hari kemudian, saya merasa sangat nyaman, saya dapat berjalan-jalan sendiri mengelilingi Guangzhou. Sekitar 10 hari kemudian, saya kembali mejalani terapi Penanaman Biji Partikel, yang saya rasakan hanya sedikit rasa sakit akibat suntikan obat bius. Kemudian saya kembali ke Indonesia, setelah 1 bulan kembali ke indonesia, efektifitas pengobatan pun mulai terasa, kepala saya sudah bisa digerakkan kembali. Kemudian melanjutkan pengobatan dengan menjalani beberapa kali Terapi Natural, setahun kemudian saya menjalani terapi Photodynamic. Dan 1 tahun setelahnya, tumor saya mulai mengecil. Dan 1 tahun setelahnya lagi, wajah saya benar-benar sudah kembali normal.
Pada tahun 2011, saya kembali menjalani pemeriksaan ke Modern Cancer Hospital Guangzhou. Dokter mengatakan, ‘Kunjunganmu kali ini sebaiknya digunakan untuk berjalan-jalan, kondisi anda sudah tidak ada masalah’.
Sekarang saya datang lagi ke Guangzhou, namun saya membawa seorang teman saya untuk berobat, sekaligus untuk berwisata. Sebelumnya, dokter di Indonesia memvonis hidup saya hanya tersisa 3 sampai 6 bulan, saya sangat takut. Sekarang, kematian tidak lagi menakutkan bagi saya. Saya berpikir, setiap penyakit seharusnya ada cara untuk mengobatinya. Seseorang yang menderita kanker, harus yakin dan jangan cemas, yakinlah pasti ada cara untuk mengobatinya. Yang terpenting adalah harus percaya, bahwa Tuhan pasti akan membantu anda, Tuhan selalu memiliki jalan untuk anda.