Pasangan suami istri Kurniawan
“Kurniawan, asal Indonesia, pria, tahun ini berusia 45 tahun, kanker paru-paru stadium 4…” Sebelum menuju kamar VIP, saya memeriksa data pasien. Ada yang mengatakan, Kurniawan adalah seorang yang rajin bekerja, tapi sayangnya ia tanpa sengaja terkena kanker paru-paru. Ia tidak ingin menjalani operasi, kemudian ia pun melakukan pengobatan tradisional dan radioterapi di rumah sakit setempat. 3 bulan kemudian, ia merasakan pengobatan tersebut sia-sia, dan ia pun tertarik untuk datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Ketika kami memasuki kamar pasien, terlihat seorang pria bertubuh kurus, ia adalah Kurniawan. Tulang pipinya yang tinggi, sepasang bola mata yang kecoklatan, memperlihatkan ia sedang tersiksa oleh penyakit. Namun semangatnya masih sangat baik. Melihat kami masuk, ia dan istrinya pun menyapa kami.
Setelah sapaan singkat, Kurniawan mulai menceritakan kondisi penyakitnya.
“Tahun 2013 saya batuk terus menerus, hanya itu. Kemudian saya datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, dan terdiagnosa TBC. Setelah 1 bulan, yaitu di bulan April, hasil pemeriksaan menyatakan adanya cairan di dalam paru-paru, iamenjalani biopsi, dan ditemukanlah tumor di paru-paru saya. Dokter menyarankan saya untuk melakukan operasi atau mengkonsumsi obat-obatan China. Saya sangat takut operasi, kemudian saya memilih mengkonsumsi obat-obatan China, melakukan 3 kali radioterapi, hasilnya sangat lambat, akhirnya saya pun menghentikan pengobatan.
“Sebelum saya sakit, berat badan saya 68 kg, setelah sakit turun menjadi 45 kg. Kanker member saya tekanan yang besar, saya sangat takut meninggalkan orang-orang sekitar saya,” ucap Kurniawan dengan tenang. Setelah mengidap kanker paru, saya menjadi lebih sensitive. Desember 2013, perusahaan menyarankan saya untuk beristirahat, dan kembali bekerja setelah saya sembuh. Kanker paru membuat saya tidak bertenaga, dan tidak bisa berjalan jauh. Saya bahkan tidak ingin mengetahui kondisi saya sendiri, saya membiarkan istri saya yang berkonsultasi dengan dokter.”
Suatu hari, Kurniawan mengetahui metode pengobatan kanker tanpa operasi di Modern Cancer Hospital Guangzhou melalui televisi, ia tertarik dengan pengobatan Intervensi minimal invasif, Cryosurgery, karena itu, ia menuturkan keinginnya untuk berobat di Guangzhou kepada sang istri.
Di Modern Cancer Hospital Guangzhou, para ahli menerapkan metode kombinasi terhadap Kurniawan, metode pengobatan yang rinci baik untuk sebelum, proses dan setelah operasi. “Saya menjalani Intervensi , Cryosurgery dan beberapa metode lainnya. Kalian lihat ,sewaktu saya baru sampai ke Modern Cancer Hospital Guangzhou, seluruh tubuh saya lemas, sekarang tubuh saya mulai membaik : saya mulai bertenaga kembali, batuk saya sudah sudah sembuh, tumor di paru-paru saya mengecil, berat badan saya juga sudah bertambah 0,5kg. Dan selama saya menjalani pengobatan, di Indonesia sedang berjalan proses pemilu, saya sementara menghentikan proses pengobatan untuk untuk menyumbangkan suara!”
Kurniawan memiliki 3 orang anak, anak perempuannya yang paling kecil duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Ia mengatakan, istri dan 3 orang anaknya selalu menyemangatinya untuk melawan kanker. “Sebelum saya sakit, anak perempuan saya yang paling kecil sering menemani saya ke kantor. Setelah sakit, setiap kali dia melihat saya, ia akan bertanya, kapan papa pergi bekerja? Saya tahu dia sangat berharap saya cepat sembuh. Setelah sakit, istri saya selalu menemani dan menjaga saya. Membahas tentang istrinya, mata Kurniawan menjadi berkaca-kaca, dengan perasaan mendalam, ia mengatakan, ‘Dia adalah cinta sejati saya’.”
Istri Kurniawan mengatakan, awalnya sang suami tidak mau menghadapi penyakitnya. Ia juga tidak ingin memberitahukan suaminya. Katanya, “Saya mengerti suami saya, kondisi penyakitnya, saya ingin menunggu waktu yang tepat untuk memberitahunya. Namun ketika Kurniawan tidak sengaja mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker paru-paru stadium 4, ia tidak terkejut. ”Penyakit saya sudah membaik, suasana hati saya juga sangat baik. Saya merasa lebih kuat dari sebelumnya, lebih percaya diri.” Ia mengatakan, “Dalam hidup, semakin kuat seseorang, semakin besar pula ujian yang harus dilaluinya. Saya harus berusaha melewati ujian kali ini.”
Saya teringat sebuah ayat dalam kitab Yakobus: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah…”
Semoga Kurniawan dapat melawan kanker, dan mendapatkan mahkota kehidupannya.
Pasangan suami istri Kurniawan
“Kurniawan, asal Indonesia, pria, tahun ini berusia 45 tahun, kanker paru-paru stadium 4…” Sebelum menuju kamar VIP, saya memeriksa data pasien. Ada yang mengatakan, Kurniawan adalah seorang yang rajin bekerja, tapi sayangnya ia tanpa sengaja terkena kanker paru-paru. Ia tidak ingin menjalani operasi, kemudian ia pun melakukan pengobatan tradisional dan radioterapi di rumah sakit setempat. 3 bulan kemudian, ia merasakan pengobatan tersebut sia-sia, dan ia pun tertarik untuk datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Ketika kami memasuki kamar pasien, terlihat seorang pria bertubuh kurus, ia adalah Kurniawan. Tulang pipinya yang tinggi, sepasang bola mata yang kecoklatan, memperlihatkan ia sedang tersiksa oleh penyakit. Namun semangatnya masih sangat baik. Melihat kami masuk, ia dan istrinya pun menyapa kami.
Setelah sapaan singkat, Kurniawan mulai menceritakan kondisi penyakitnya.
“Tahun 2013 saya batuk terus menerus, hanya itu. Kemudian saya datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, dan terdiagnosa TBC. Setelah 1 bulan, yaitu di bulan April, hasil pemeriksaan menyatakan adanya cairan di dalam paru-paru, iamenjalani biopsi, dan ditemukanlah tumor di paru-paru saya. Dokter menyarankan saya untuk melakukan operasi atau mengkonsumsi obat-obatan China. Saya sangat takut operasi, kemudian saya memilih mengkonsumsi obat-obatan China, melakukan 3 kali radioterapi, hasilnya sangat lambat, akhirnya saya pun menghentikan pengobatan.
“Sebelum saya sakit, berat badan saya 68 kg, setelah sakit turun menjadi 45 kg. Kanker member saya tekanan yang besar, saya sangat takut meninggalkan orang-orang sekitar saya,” ucap Kurniawan dengan tenang. Setelah mengidap kanker paru, saya menjadi lebih sensitive. Desember 2013, perusahaan menyarankan saya untuk beristirahat, dan kembali bekerja setelah saya sembuh. Kanker paru membuat saya tidak bertenaga, dan tidak bisa berjalan jauh. Saya bahkan tidak ingin mengetahui kondisi saya sendiri, saya membiarkan istri saya yang berkonsultasi dengan dokter.”
Suatu hari, Kurniawan mengetahui metode pengobatan kanker tanpa operasi di Modern Cancer Hospital Guangzhou melalui televisi, ia tertarik dengan pengobatan Intervensi minimal invasif, Cryosurgery, karena itu, ia menuturkan keinginnya untuk berobat di Guangzhou kepada sang istri.
Di Modern Cancer Hospital Guangzhou, para ahli menerapkan metode kombinasi terhadap Kurniawan, metode pengobatan yang rinci baik untuk sebelum, proses dan setelah operasi. “Saya menjalani Intervensi , Cryosurgery dan beberapa metode lainnya. Kalian lihat ,sewaktu saya baru sampai ke Modern Cancer Hospital Guangzhou, seluruh tubuh saya lemas, sekarang tubuh saya mulai membaik : saya mulai bertenaga kembali, batuk saya sudah sudah sembuh, tumor di paru-paru saya mengecil, berat badan saya juga sudah bertambah 0,5kg. Dan selama saya menjalani pengobatan, di Indonesia sedang berjalan proses pemilu, saya sementara menghentikan proses pengobatan untuk untuk menyumbangkan suara!”
Kurniawan memiliki 3 orang anak, anak perempuannya yang paling kecil duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Ia mengatakan, istri dan 3 orang anaknya selalu menyemangatinya untuk melawan kanker. “Sebelum saya sakit, anak perempuan saya yang paling kecil sering menemani saya ke kantor. Setelah sakit, setiap kali dia melihat saya, ia akan bertanya, kapan papa pergi bekerja? Saya tahu dia sangat berharap saya cepat sembuh. Setelah sakit, istri saya selalu menemani dan menjaga saya. Membahas tentang istrinya, mata Kurniawan menjadi berkaca-kaca, dengan perasaan mendalam, ia mengatakan, ‘Dia adalah cinta sejati saya’.”
Istri Kurniawan mengatakan, awalnya sang suami tidak mau menghadapi penyakitnya. Ia juga tidak ingin memberitahukan suaminya. Katanya, “Saya mengerti suami saya, kondisi penyakitnya, saya ingin menunggu waktu yang tepat untuk memberitahunya. Namun ketika Kurniawan tidak sengaja mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker paru-paru stadium 4, ia tidak terkejut. ”Penyakit saya sudah membaik, suasana hati saya juga sangat baik. Saya merasa lebih kuat dari sebelumnya, lebih percaya diri.” Ia mengatakan, “Dalam hidup, semakin kuat seseorang, semakin besar pula ujian yang harus dilaluinya. Saya harus berusaha melewati ujian kali ini.”
Saya teringat sebuah ayat dalam kitab Yakobus: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah…”
Semoga Kurniawan dapat melawan kanker, dan mendapatkan mahkota kehidupannya.