Wong Wee Leng berasal dari Kota Kuantan, Pahang, Malaysia. Pada pertengahan Maret 2019, ia terdiagnosa kanker paru, memasuki stadium III.
Wong Wee Leng
“Kondisi fisik saya pada saat itu sangat buruk, begitu bicara akan batuk tiada henti, kehabisan napas saat berjalan, rasanya tidak ada tenaga, nafsu makan juga memburuk”, kenang Wong Wee Leng.
Sejak awal Maret 2019, batuk yang tidak kunjung sembuh terus mengganggu Wong Wee Leng, ia pergi berobat ke sebuah klinik swasta, dokter tidak dapat menemukan penyebab yang pasti dan memberikan pengobatan penyakit GERD untuknya. Namun kondisi penyakitnya tidak membaik sedikit pun, batuknya tidak berhenti. Oleh karena itu, Wong Wee Leng pergi ke rumah sakit pemerintah untuk pemeriksaan lebih lanjut. Hasil CT scan menunjukkan, seluruh paru kanannya tertutup oleh tumor yang sangat besar, tumornya sekitar 10cm. Sementara itu ada penyumbatan pada bronkus, efusi pleura kanan, selain itu tumor juga bermetastasis ke kelenjar getah bening di atas dan bawah klavikula, metastasis multipel ke kelenjar getah bening di celah antara hati dan lambung, peritoneum posterior. Kondisi fisik Wong Wee Leng pada saat itu sangat buruk : begitu bicara akan batuk tiada henti, kehabisan napas saat berjalan, sekujur tubuh tidak ada tenaga.
Pada saat itu, dokter di rumah sakit pemerintah memberikan saran untuk melakukan kemoterapi dan mengonsumsi obat. Dokter memberitahu Wong Wee Leng, bahwa selain kemoterapi dan mengonsumsi obat, tidak ada cara lain untuk mengontrol penyakitnya, melakukan kemoterapi hanya dapat mengecilkan tumor hingga 30%. Sementara itu, dokter dengan jelas mengindikasikan bahwa setelah mengonsumsi obat anti-tumor selama beberapa waktu, tumor menjadi resisten terhadap obat, maka harus mengganti obat jenis lain yang lebih kuat untuk menghambat pertumbuhan tumor, dan harga obat itu tidak murah.
Di rumah sakit menunggu hasil pemeriksaan lebih dari 1 minggu, teman Wong Wee Leng khawatir akan menunda pengobatan jika terus menunggu, jadi ia mengenalkan Wong Wee Leng kepada seorang teman yang pernah mengidap kanker payudara, untuk bertanya tentang pengobatannya. Setelah bertanya, Wong Wee Leng mengetahui ternyata kondisi pasien kanker payudara ini sudah sangat parah, karena hasil pengobatan di Malaysia tidak memuaskan, ia kemudian pergi ke Guangzhou, China untuk mencari pengobatan, hasil pengobatan sangat baik. Atas rekomendasinya, Wong Wee Leng mengenal Yang Zhihong, Manager St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, dan mengetahui tentang Kantor Perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di Penang. Jadi ia pergi ke kantor perwakilan untuk berkonsultasi. Setelah memahami metode pengobatan medis, proses,dan layanan rumah sakit, Wong Wee Leng melihat harapan baru, ia memutuskan pergi ke Guangzhou untuk melakukan pengobatan.
Linda Liliana Sitompul dan dokter penanggung jawab
Pada pertengahan April 2019, dengan didampingi keluarga, Wong Wee Leng datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, pada saat itu kondisi fisiknya sangat buruk, kehabisan napas yang parah saat berjalan, batuk tiada henti, seluruh tubuh tidak bertenaga, nafsu makan juga sangat buruk. Wong Wee Leng mengatakan secara terbuka bahwa setelah jatuh sakit, berat badannya turun 10kg.
“Setelah masuk rumah sakit, dokter mengatur saya untuk melakukan CT scan untuk memahami kondisi penyakit saya, dokter kemudian mengatur rancangan pengobatan sesuai dengan kondisi saya. Pada bulan April, saya melakukan Intervensi, kemudian saya kembali ke Malaysia dan beristirahat selama 3 minggu, bulan Mei kembali ke RS untuk melakukan Microwave Ablation, hasil pengobatan Microwave Ablation sangat bagus, tumor yang bermetastasis ke organ lainnya sudah menghilang. Pada pemeriksaan ulang kali ini, dokter menyarankan untuk melakukan Microwave Ablation dan Brachytherapy”, tutur Wong Wee Leng saat kami wawancara.
Menurut penjelasan dokter Yao Zhongping selaku dokter penanggung jawab Wong Wee Leng, “Microwave Ablation dilakukan di bawah panduan alat pencitraan seperti USG, CT atau MRI. Akan dilakukan penusukan jarum pada bagian tumor, dari jarum akan dialirkan gelombang mikro sehingga molekul di dalam jaringan tumor bergerak dengan kecepatan tinggi dan menghasilkan panas. Saat suhu meningkat di atas 60⁰C, protein sel tumor akan mengalami denaturasi dan koagulasi, menyebabkan nekrosis. Microwave Ablation memiliki efisiensi termal yang tinggi dan waktu operasi yang singkat, umumnya tumor berdiameter 6cm dapat dihilangkan dalam 10 menit, mengurangi risiko operasi dan penderitaan pasien. Dapat membunuh langsung tumor berdiameter di bawah 5cm di posisi aslinya, tidak tersisa sel kanker.”
Keluarga Linda Liliana Sitompul dan penerjemah
“Saat saya kembali ke Malaysia, teman-teman merasa sangat terkejut melihat saya, karena saya terlihat semakin membaik, sedikit pun tidak ada gejala seperti fisik yang lemah, rambut rontok, dan lainnya,” tutur Wong Wee Leng dengan lega ketika ditanya tentang perubahan kondisi fisik setelah perawatan.
Ketika pertama kali mengetahui tentang kondisinya, ia sangat terkejut dan takut. Pada awalnya karena takut membuat orang tua khawatir, ia menutupinya dari orang tuanya, hingga pada saat ia ingin ke luar negeri untuk berobat, ia harus berterus terang tentang penyakitnya kepada orang tuanya. Kedua orang tuanya sangat sedih dan khawatir. Setiap kali orang tua dan adik mengantarnya ke bandara, ia mengatakan pada dirinya sendiri harus semangat, tidak boleh membuat orang tua khawatir.
“Sekarang setiap kali pulang, orang tua saya melihat kondisi saya lebih baik dari yang sebelumnya, mereka sangat senang. Tubuh adalah milik diri sendiri, saya dapat merasakan kondisi fisik saya semakin hari semakin baik. Saya sendiri juga yakin, saya akan kuat hingga memenangkan peperangan ini,” kata Wong Wee Leng dengan tegas.
Semoga setiap pasien yang berjuang melawan penyakit pada akhirnya dapat menaklukkannya dan memperoleh kehidupan baru.
Wong Wee Leng berasal dari Kota Kuantan, Pahang, Malaysia. Pada pertengahan Maret 2019, ia terdiagnosa kanker paru, memasuki stadium III.
Wong Wee Leng
“Kondisi fisik saya pada saat itu sangat buruk, begitu bicara akan batuk tiada henti, kehabisan napas saat berjalan, rasanya tidak ada tenaga, nafsu makan juga memburuk”, kenang Wong Wee Leng.
Sejak awal Maret 2019, batuk yang tidak kunjung sembuh terus mengganggu Wong Wee Leng, ia pergi berobat ke sebuah klinik swasta, dokter tidak dapat menemukan penyebab yang pasti dan memberikan pengobatan penyakit GERD untuknya. Namun kondisi penyakitnya tidak membaik sedikit pun, batuknya tidak berhenti. Oleh karena itu, Wong Wee Leng pergi ke rumah sakit pemerintah untuk pemeriksaan lebih lanjut. Hasil CT scan menunjukkan, seluruh paru kanannya tertutup oleh tumor yang sangat besar, tumornya sekitar 10cm. Sementara itu ada penyumbatan pada bronkus, efusi pleura kanan, selain itu tumor juga bermetastasis ke kelenjar getah bening di atas dan bawah klavikula, metastasis multipel ke kelenjar getah bening di celah antara hati dan lambung, peritoneum posterior. Kondisi fisik Wong Wee Leng pada saat itu sangat buruk : begitu bicara akan batuk tiada henti, kehabisan napas saat berjalan, sekujur tubuh tidak ada tenaga.
Pada saat itu, dokter di rumah sakit pemerintah memberikan saran untuk melakukan kemoterapi dan mengonsumsi obat. Dokter memberitahu Wong Wee Leng, bahwa selain kemoterapi dan mengonsumsi obat, tidak ada cara lain untuk mengontrol penyakitnya, melakukan kemoterapi hanya dapat mengecilkan tumor hingga 30%. Sementara itu, dokter dengan jelas mengindikasikan bahwa setelah mengonsumsi obat anti-tumor selama beberapa waktu, tumor menjadi resisten terhadap obat, maka harus mengganti obat jenis lain yang lebih kuat untuk menghambat pertumbuhan tumor, dan harga obat itu tidak murah.
Di rumah sakit menunggu hasil pemeriksaan lebih dari 1 minggu, teman Wong Wee Leng khawatir akan menunda pengobatan jika terus menunggu, jadi ia mengenalkan Wong Wee Leng kepada seorang teman yang pernah mengidap kanker payudara, untuk bertanya tentang pengobatannya. Setelah bertanya, Wong Wee Leng mengetahui ternyata kondisi pasien kanker payudara ini sudah sangat parah, karena hasil pengobatan di Malaysia tidak memuaskan, ia kemudian pergi ke Guangzhou, China untuk mencari pengobatan, hasil pengobatan sangat baik. Atas rekomendasinya, Wong Wee Leng mengenal Yang Zhihong, Manager St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, dan mengetahui tentang Kantor Perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di Penang. Jadi ia pergi ke kantor perwakilan untuk berkonsultasi. Setelah memahami metode pengobatan medis, proses,dan layanan rumah sakit, Wong Wee Leng melihat harapan baru, ia memutuskan pergi ke Guangzhou untuk melakukan pengobatan.
Linda Liliana Sitompul dan dokter penanggung jawab
Pada pertengahan April 2019, dengan didampingi keluarga, Wong Wee Leng datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, pada saat itu kondisi fisiknya sangat buruk, kehabisan napas yang parah saat berjalan, batuk tiada henti, seluruh tubuh tidak bertenaga, nafsu makan juga sangat buruk. Wong Wee Leng mengatakan secara terbuka bahwa setelah jatuh sakit, berat badannya turun 10kg.
“Setelah masuk rumah sakit, dokter mengatur saya untuk melakukan CT scan untuk memahami kondisi penyakit saya, dokter kemudian mengatur rancangan pengobatan sesuai dengan kondisi saya. Pada bulan April, saya melakukan Intervensi, kemudian saya kembali ke Malaysia dan beristirahat selama 3 minggu, bulan Mei kembali ke RS untuk melakukan Microwave Ablation, hasil pengobatan Microwave Ablation sangat bagus, tumor yang bermetastasis ke organ lainnya sudah menghilang. Pada pemeriksaan ulang kali ini, dokter menyarankan untuk melakukan Microwave Ablation dan Brachytherapy”, tutur Wong Wee Leng saat kami wawancara.
Menurut penjelasan dokter Yao Zhongping selaku dokter penanggung jawab Wong Wee Leng, “Microwave Ablation dilakukan di bawah panduan alat pencitraan seperti USG, CT atau MRI. Akan dilakukan penusukan jarum pada bagian tumor, dari jarum akan dialirkan gelombang mikro sehingga molekul di dalam jaringan tumor bergerak dengan kecepatan tinggi dan menghasilkan panas. Saat suhu meningkat di atas 60⁰C, protein sel tumor akan mengalami denaturasi dan koagulasi, menyebabkan nekrosis. Microwave Ablation memiliki efisiensi termal yang tinggi dan waktu operasi yang singkat, umumnya tumor berdiameter 6cm dapat dihilangkan dalam 10 menit, mengurangi risiko operasi dan penderitaan pasien. Dapat membunuh langsung tumor berdiameter di bawah 5cm di posisi aslinya, tidak tersisa sel kanker.”
Keluarga Linda Liliana Sitompul dan penerjemah
“Saat saya kembali ke Malaysia, teman-teman merasa sangat terkejut melihat saya, karena saya terlihat semakin membaik, sedikit pun tidak ada gejala seperti fisik yang lemah, rambut rontok, dan lainnya,” tutur Wong Wee Leng dengan lega ketika ditanya tentang perubahan kondisi fisik setelah perawatan.
Ketika pertama kali mengetahui tentang kondisinya, ia sangat terkejut dan takut. Pada awalnya karena takut membuat orang tua khawatir, ia menutupinya dari orang tuanya, hingga pada saat ia ingin ke luar negeri untuk berobat, ia harus berterus terang tentang penyakitnya kepada orang tuanya. Kedua orang tuanya sangat sedih dan khawatir. Setiap kali orang tua dan adik mengantarnya ke bandara, ia mengatakan pada dirinya sendiri harus semangat, tidak boleh membuat orang tua khawatir.
“Sekarang setiap kali pulang, orang tua saya melihat kondisi saya lebih baik dari yang sebelumnya, mereka sangat senang. Tubuh adalah milik diri sendiri, saya dapat merasakan kondisi fisik saya semakin hari semakin baik. Saya sendiri juga yakin, saya akan kuat hingga memenangkan peperangan ini,” kata Wong Wee Leng dengan tegas.
Semoga setiap pasien yang berjuang melawan penyakit pada akhirnya dapat menaklukkannya dan memperoleh kehidupan baru.