Dang Thi Len adalah seorang penderita kanker saluran empedu stadium lanjut asal Vietnam. Awal 2018, ia mengalami gejala kuning pada kulitnya, demam, serta tidak nafsu makan. Ia pun menjalani pemeriksaan MRI di rumah sakit setempat. Hasilnya menunjukkan ada sebuah benjolan di saluran empedu bagian dalam hati, kemudian ia didiagnosa menderita kanker saluran empedu. Dokter pun melakukan Laparoscopic Biliary Drainage, guna menghentikan sementara gejala kuning yang dialaminya. Selain itu, dokter tidak menyarankan pengobatan apapun lagi, karena tumornya berada di saluran empedu bagian dalam hati, cenderung tersembunyi, sehingga sulit untuk dilakukan metode operasi, risikonya pun besar.
Tidak lama setelah itu, seorang teman merekomendasikannya kepada dr. Bui Nguyen Kiem. Beliau adalah dokter yang bekerja di kantor perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di Hanoi. Setelah berkomunikasi dengan sang dokter, Dang Thi Len pun datang ke kantor perwakilan untuk berkonsultasi tentang kondisinya. Sebelumnya mereka juga pernah mendengar tentang rumah sakit ini, termasuk testimoni dari pasien-pasien yang pernah berobat di sini. Oleh karena itu, ia dan keluarga sangat percaya diri untuk berobat di sini. Melalui layanan video call, dr. Peng Xiaochi menganalisa hasil pemeriksaannya, serta memberikan saran metode pengobatan yang sesuai. Penjelasan yang diberikan membuat Dang Thi Len sekeluarga menjadi lebih percaya diri, setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk berobat di Guangzhou.
Kanker Terus Menyiksa, Keluarga Setia Mendampingi
Pada 8 Februari 2018, Dang Thi Len tiba di rumah sakit, saat itu adalah saat-saat dimana kanker begitu menyiksanya. Gejala kuning membuat kulitnya menjadi gatal, nyeri di perut membuatnya tidak bisa tidur, ia menjadi mual ketika mencium bau makanan, sama sekali tidak ada nafsu makan.
“Saat masuk rumah sakit, dokter melakukan berbagai macam pemeriksaan, CT, ambil darah, urin, jantung dsb, sangat detail. Dokter mengatakan, penyakit kuning yang saya alami cukup serius, jadi sebelum pengobatan ini harus ditangani dulu. Setelah sekitar 2 minggu, dokter memasang stent di saluran empedu saya, setelah beberapa hari, penyakit kuning saya jauh membaik, kulit saya tidak lagi terlihat kuning, tidak gatal, mulai bisa makan, tidur pun menjadi lebih baik. Setelah itu, baru dokter melakukan Intervensi, dokter mennggunakan kateter, ditusukkan ke pusat tumor, kemudian dimasukkan obat kemoterapi, dokter hanya menyentuh bagian lokal saja, prosesnya hanya sekitar 30 menit. Luka Intervensi sangat kecil, seperti tusukan jarum, setelah Intervensi saya berada di ICU selama 1 hari untuk dikontrol kondisinya. Kemudian saya sudah bisa berjalan normal, tidak ada efek samping tidak nyaman yang saya alami,” kisah Dang Thi Len tentang pengobatan yang dijalaninya.
“Pertama kali masuk ke rumah sakit, tahun baru Vietnam sudah akan tiba, supaya saya bisa cepat pulih, kakak perempuan saya dan suaminya menemani saya di rumah sakit, berkat dampingan mereka, saya menjadi lebih percaya diri dan semangat melawan kanker,” Dang Thi Len menceritakan tentang keluarganya.
Teknologi Minimal Invasif Memberikan Harapan
Hingga saat ini, Dang Thi Len total sudah menjalani 6 kali pengobatan. “Saat kedua kali masuk rumah sakit, saya merasa kondisi saya sudah jauh lebih baik, saat itu saya sudah 4 kali menjalani Intervensi. Setelah pemasangan stent, Intervensi, Cryosurgery, Brachytherapy dan Imunoterapi, kini kondisi saya sudah terkontrol, dokter mengatakan kalau tumor di saluran empedu saya sudah tidak ada, penyebaran di hati pun sudah mengecil, saya akan terus menjalani pengobatan. Internet di rumah sakit juga sangat membantu, selama di sini saya tetap berkomunikasi dengan keluarga di Vietnam, menceritakan kondisi saya, mereka senang melihat saya yang semakin baik. Penerjemah di sini, dokter dan suster juga sangat baik, mereka sangat sabar, ramah, dan teliti,” ujar Dang Thi Len.
Terakhir, Dang Thi Len berpesan, “Untungnya, saya langsung menjalani pengobatan minimal invasif, tim medis di sini sangat baik. Untuk penderita kanker lainnya, kanker tidak menakutkan, hanya perlu menemukan metode pengobatan yang tepat dan terus berusaha, dengan begitu kita bisa melihat harapan.”
Dang Thi Len adalah seorang penderita kanker saluran empedu stadium lanjut asal Vietnam. Awal 2018, ia mengalami gejala kuning pada kulitnya, demam, serta tidak nafsu makan. Ia pun menjalani pemeriksaan MRI di rumah sakit setempat. Hasilnya menunjukkan ada sebuah benjolan di saluran empedu bagian dalam hati, kemudian ia didiagnosa menderita kanker saluran empedu. Dokter pun melakukan Laparoscopic Biliary Drainage, guna menghentikan sementara gejala kuning yang dialaminya. Selain itu, dokter tidak menyarankan pengobatan apapun lagi, karena tumornya berada di saluran empedu bagian dalam hati, cenderung tersembunyi, sehingga sulit untuk dilakukan metode operasi, risikonya pun besar.
Tidak lama setelah itu, seorang teman merekomendasikannya kepada dr. Bui Nguyen Kiem. Beliau adalah dokter yang bekerja di kantor perwakilan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di Hanoi. Setelah berkomunikasi dengan sang dokter, Dang Thi Len pun datang ke kantor perwakilan untuk berkonsultasi tentang kondisinya. Sebelumnya mereka juga pernah mendengar tentang rumah sakit ini, termasuk testimoni dari pasien-pasien yang pernah berobat di sini. Oleh karena itu, ia dan keluarga sangat percaya diri untuk berobat di sini. Melalui layanan video call, dr. Peng Xiaochi menganalisa hasil pemeriksaannya, serta memberikan saran metode pengobatan yang sesuai. Penjelasan yang diberikan membuat Dang Thi Len sekeluarga menjadi lebih percaya diri, setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk berobat di Guangzhou.
Kanker Terus Menyiksa, Keluarga Setia Mendampingi
Pada 8 Februari 2018, Dang Thi Len tiba di rumah sakit, saat itu adalah saat-saat dimana kanker begitu menyiksanya. Gejala kuning membuat kulitnya menjadi gatal, nyeri di perut membuatnya tidak bisa tidur, ia menjadi mual ketika mencium bau makanan, sama sekali tidak ada nafsu makan.
“Saat masuk rumah sakit, dokter melakukan berbagai macam pemeriksaan, CT, ambil darah, urin, jantung dsb, sangat detail. Dokter mengatakan, penyakit kuning yang saya alami cukup serius, jadi sebelum pengobatan ini harus ditangani dulu. Setelah sekitar 2 minggu, dokter memasang stent di saluran empedu saya, setelah beberapa hari, penyakit kuning saya jauh membaik, kulit saya tidak lagi terlihat kuning, tidak gatal, mulai bisa makan, tidur pun menjadi lebih baik. Setelah itu, baru dokter melakukan Intervensi, dokter mennggunakan kateter, ditusukkan ke pusat tumor, kemudian dimasukkan obat kemoterapi, dokter hanya menyentuh bagian lokal saja, prosesnya hanya sekitar 30 menit. Luka Intervensi sangat kecil, seperti tusukan jarum, setelah Intervensi saya berada di ICU selama 1 hari untuk dikontrol kondisinya. Kemudian saya sudah bisa berjalan normal, tidak ada efek samping tidak nyaman yang saya alami,” kisah Dang Thi Len tentang pengobatan yang dijalaninya.
“Pertama kali masuk ke rumah sakit, tahun baru Vietnam sudah akan tiba, supaya saya bisa cepat pulih, kakak perempuan saya dan suaminya menemani saya di rumah sakit, berkat dampingan mereka, saya menjadi lebih percaya diri dan semangat melawan kanker,” Dang Thi Len menceritakan tentang keluarganya.
Teknologi Minimal Invasif Memberikan Harapan
Hingga saat ini, Dang Thi Len total sudah menjalani 6 kali pengobatan. “Saat kedua kali masuk rumah sakit, saya merasa kondisi saya sudah jauh lebih baik, saat itu saya sudah 4 kali menjalani Intervensi. Setelah pemasangan stent, Intervensi, Cryosurgery, Brachytherapy dan Imunoterapi, kini kondisi saya sudah terkontrol, dokter mengatakan kalau tumor di saluran empedu saya sudah tidak ada, penyebaran di hati pun sudah mengecil, saya akan terus menjalani pengobatan. Internet di rumah sakit juga sangat membantu, selama di sini saya tetap berkomunikasi dengan keluarga di Vietnam, menceritakan kondisi saya, mereka senang melihat saya yang semakin baik. Penerjemah di sini, dokter dan suster juga sangat baik, mereka sangat sabar, ramah, dan teliti,” ujar Dang Thi Len.
Terakhir, Dang Thi Len berpesan, “Untungnya, saya langsung menjalani pengobatan minimal invasif, tim medis di sini sangat baik. Untuk penderita kanker lainnya, kanker tidak menakutkan, hanya perlu menemukan metode pengobatan yang tepat dan terus berusaha, dengan begitu kita bisa melihat harapan.”