Sebelum pengobatan, tumor di leher kanan Prasit lebih besar dari genggaman tangan
Pada tanggal 4 April, Prasit sangat senang, pertama kali ia makan makanan Thailand di China, hampir 1 ekor ikan dimakannya, “Makanan ini adalah makanan paling enak yang pernah saya makan selama 4 tahun ini!” Ia mengatakannya dengan mantap setelah menghabiskan makan malamnya. Dikarenakan tumor yang ada di lehernya, selama 4 tahun terakhir ia tidak pernah mengkonsumsi makanan yang enak ini!
4 tahun yang lalu, Prasit terdiagnosa mengidap kanker laring. Dokter setempat menyarankannya untuk melakukan kemoterapi sistemik, tetapi ia menolak karena mempertimbangkan efek samping setelahnya. Ia mengatakan : ”Saya langsung muntah begitu menjalani, jadi sekarang saya sangat takut ketika masuk rumah sakit”. Kemudian, dokter memberitahunya, karena radioterapi dapat membuat gigi sebelah kanannya lepas maka sebaiknya dicabut sebelum menjalani radioterapi, supaya terhindar dari efek samping yang lebih berat. Sehingga saya pun mencabut gigi saya, tetapi saya tidak jadi menjalani metode tersebut. Karena untuk dapat menjalani pengobatan di rumah sakit Thailand diperlukan waktu mengantri yang lama, setelah menunggu beberapa lama, Prasit pun memutuskan untuk tidak melakukan pengobatan di sana, ditambah ketakutannya terhadap efek samping kemoradioterapi. Ia pun memutuskan tidak melakukan pengobatan apapun, dan hanya melakukan terapi biasa di rumah.
Sekitar 1 tahun yang lalu, tumbuh sebuah tumor di leher kanan Prasit. Tumor ini semakin membesar hingga sebesar buah kelapa, tumor tersebut merusak bagian kulit, bernanah dan berdarah, serta mengeluarkan cairan putih. Prasit sering tidak bisa tidur dikarenakan rasa sakit yang dialaminya, berat badan nya pun turun hingga 20 kg. Suatu kali, saat tidur, ia bermimpi dirinya tenggelam, kemudian ia terbangun dari mimpinya dan menyadari bahwa tumornya yang bernanah mengeluarkan banyak darah, sampai membasahi baju dan celananya, ia seakan terbaring di kubangan darah segar. Beberapa tahun terakhir, kanker yang menjeratnya membuat semangat Prasit menjadi rapuh, rutinitas yang dilakukannya setiap hari hanyalah bercermin, menggunakan kedua tangannya untuk mengukur tumor yang mengesalkan itu, sambil berpikir dalam hati, coba saja tumor ini dapat menghilang suatu hari nanti.
“Saya bisa bertahan hingga hari ini berkat istri saya”, Prasit mengatakan : “Selama 4 tahun ini ia selalu mendampingi saya, menggantikan obat untuk saya 2-3 kali dalam sehari, ia ikut menderita bersama dengan saya”. Karena tumor menekan saluran pernafasan, kerongkongan dan saluran napas bagian laring, ia hanya bisa mengkonsumsi makanan yang lembut, bernafas pun kian sulit untuk dilakukannya, suaranya berubah menjadi parau. Istrinya selalu mengolah makanannya menjadi carian, dan menyuapinya dengan sedotan.
Prasit mengatakan : “Kemudian kami melihat informasi di koran tentang Modern Cancer Hospital Guangzhou, setelah itu kami pun mencari tahu tentang rumah sakit ini di internet, tetapi kami tidak tahu apakah ini benar atau tidak, kami juga khawatir mengenai biaya pengobatan yang mahal.” Setelah melalui pertimbangan, akhirnya ia pun mendengarkan saran sang istri. Pada tanggal 12 Maret 2015, ia pun datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou, tetapi saat itu ia juga sudah mempersiapkan diri kalau-kalau ia tidak bisa kembali lagi.
Setelah pengobatan, sewaktu keluar dari rumah sakit (5 April), tumor sudah sekecil telur ayam
Namun, pengobatan kali ini justru membawa perubahan bagi Prasit!
Prasit mengatakan : “Benar-benar sebuah keajaiban, baru saja melakukan pengobatan selama 20 hari, tumor saya yang tadinya sebesar kelapa mengecil hingga sekecil telur ayam. Selain itu, 2 hari sebelum keluar dari rumah sakit, indera pengecap saya pun menjadi pulih kembali.”
Diagnosa dari rumah sakit menunjukkan ukuran tumor di leher kanannya : 20x18x10cm, sedangkan pembengkakan kelejar getah bening pada leher kirinya sudah sebesar 5x4x3cm, ia terdiagnosa menderita kanker laring (karsinoma sel skuamosa) dengan metastase ke kelenjar getah bening di leher kiri dan kanan (stadium 4B).
Karena mempertimbangkan kondisi tumor yang menekan saluran tenggorokan (laring trakea) dan membuatnya kesulitan bernapas, maka tim medis MDT Modern Cancer Hospital Guangzhou memutuskan melakukan Tracheostomy terlebih dahulu, untuk menyelesaikan masalah kesulitan bernapas dan menjamin keamanan tindakan selanjutnya. Pada tanggal 14 Maret, ahli bedah berhasil menjalankan Tracheostomy. Kemudian pada tanggal 23 Maret dilakukan Intervensi dan 30 Maret dilakukan Cryosurgery pada tumor di leher kanannya. Dokter yang menangani Prasit membandingkan hasil rontgen tanggal 12 Maret pada saat Prasit awal masuk rumah sakit dan hasil rontgen tanggal 5 April pada saat Prasit keluar dari Rumah sakit, ia mengatakan :”Tumor sudah mengecil menjadi hanya 1/5 nya.”
Prasit mengatakan : “Setelah Intervensi, saya dapat melihat tumor saya mengecil setiap harinya. Terlebih lagi 4 hari setelah Intervensi, tumor sudah mengecil hingga 40 %, saat itu juga kepercayaan diri saya bangkit kembali, dan saat itu juga saya bisa tertawa kembali, sudah 4 tahun saya tidak tertawa sebahagia ini!”
Proses pengobatan yang harus dijalani Prasit masih belum selesai, tetapi ia sudah tidak sabar untuk membagikan pengalamannya, untuk dapat membantu lebih banyak orang mendapatkan pengobatan yang sesuai sedini mungkin. Prasit mengatakan : ”Pasien kanker di Thailand masih banyak yang belum mendapatkan metode pengobatan yang sesuai, karena Tuhan telah memberikan kesempatan hidup kembali kepada saya, saya berharap saya bisa melakukan sesuatu.” Pada tanggal 10 April, ia dan seorang teman yang sama-sama mendapatkan kesembuhan di Modern Cancer Hospital Hospital menjalani wawancara dari stasiun televisi terbesar ke-2 dan harian terbesar ke-2 di Thailand, mereka membagikan kisah perjuangan merela melawan kanker.
Perbandingan sebelum dan sesudah pengobatan Prasit Sumonta
“Sudah tepat sembilan bulan sejak pertama kali saya dirawat di rumah sakit hingga akhirnya saya keluar dari rumah sakit setelah berhasil melawan kanker. Sekarang adalah tahun kesembilan dari keberhasilan saya melawan kanker. Angka 9 memiliki makna khusus bagi saya. Saya begitu terharu dapat kembali ke tempat yang telah memberiku kesempatan hidup yang kedua ini.” Inilah ungkapan perasaan Prasit Sumonta ketika ia kembali ke rumah sakit kami pada November 2023 untuk berpartisipasi dalam acara reuni penyintas kanker bertemakan “In Long Years of Fighting Cancer, Feeling Warm in Modern Cancer Hospital”. Dalam budaya Tiongkok, angka 9 juga memiliki arti umur panjang dan keabadian, yang melambangkan kesehatan dan kebahagiaan abadi.
Prasit Sumonta mengikuti acara pejuang kanker pada tahun 2023
Mengenang kondisi saat ia baru didiagnosis kanker pada tahun 2011, Prasit bagaimanapun tidak akan percaya ia dapat bertahan hidup hingga sekarang. “Setelah saya didiagnosis, dokter setempat memberikan vonis kanker laring stadium akhir dan saya hanya punya waktu dua bulan lagi untuk hidup. Saat itu langit serasa runtuh, 60 hari akan berlalu dalam sekejap mata, ada rasa takut seperti ajal sudah dekat”.
“Namun kini di tahun kesembilan, saya tetap sehat seperti biasanya. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou telah memberi saya kesempatan hidup yang kedua”. Prasit menceritakan pengalaman pahitnya dalam melawan penyakit dengan sikap yang rileks dan tegas, inilah sikap seorang pemenang yang berhasil menaklukkan penyakitnya.
He Langbing (Director of International Affairs Department) menyerahkan sertifikat kepada Prasit Sumonta
Untuk menyebarkan semangatnya dalam melawan kanker, Prasit juga mengunjungi pasien kanker payudara dan pasien kanker usus asal Thailand. Kedua pasien tersebut sangat bersemangat bertemu dengan penyintas kanker dari negaranya, terutama Anucha, seorang pasien kanker usus. Dia memutuskan untuk datang berobat ke rumah sakit kami setelah mendengarkan kisah Prasit di acara yang diadakan di Thailand. Dia berkata akan menjadikan Prasit sebagai teladan, mengikuti instruksi dokter dengan ketat, dan berusaha menjadi penyintas kanker berikutnya.
Sekitar tahun 2010, Prasit menderita tumor di sisi kanan lehernya. Tumornya semakin membesar hingga seukuran kelapa, menembus kulit, membusuk dan mengeluarkan darah, juga mengeluarkan cairan berwarna putih. Prasit seringkali tidak bisa tidur karena kesakitan, berat badan berkurang 20kg. Suatu ketika dia bermimpi tenggelam dalam air. Ketika dia terbangun dari mimpinya, dia menemukan tumor yang membusuk telah mengeluarkan banyak darah, pakaiannya basah kuyup dan dia terbaring di tengah genangan darah. Selama bertahun-tahun, jeratan kanker hampir menyebabkan Prasit frustrasi. Aktivitasnya sehari-hari adalah bercermin dan mengukur tumor dengan kedua tangannya. Ia berpikir alangkah baiknya jika tumor itu tiba-tiba menghilang suatu hari nanti.
Pada tahun 2011, Prasit didiagnosis kanker laring dan menjalani kemoterapi sistemik atas saran dokter setempat. Namun, efek samping kemoterapi membuat ia sangat menentang pengobatan tersebut. “Saya muntah-muntah begitu menjalani kemoterapi, dan sekarang saya takut ketika pergi ke rumah sakit,” ujarnya. Kemudian dokter menyarankan radioterapi dan mengatakan kepada Prasit bahwa radioterapi akan menyebabkan semua gigi di sisi kanan tanggal. Disarankan agar gigi tersebut dicabut sebelum radioterapi untuk menghindari efek samping yang lebih serius, jadi saya mencabut gigi tersebut, tetapi kemudian tidak jadi dilakukan radioterapi. Karena untuk berobat di RS Thailand harus mengantre panjang, Prasit akhirnya menyerah untuk berobat di RS Thailand setelah menunggu lama. Selain itu, karena takut dengan efek samping kemoradioterapi,Prasit tidak menjalani pengobatan apa pun dan hanya melakukan perawatan sehari-hari di rumah. Namun, kondisinya semakin memburuk dari hari ke hari. Di tengah situasi yang kritis, Prasit dan keluarganya mengetahui tentang rumah sakit kami secara tidak langsung. Ide untuk mencari perawatan medis di luar negeri ibarat benih yang bertunas dan perlahan tumbuh di hati Prasit dan keluarganya.
Foto Prasit Sumonta setelah pengobatan pertama
“Setelah melihat informasi tentang St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di surat kabar, saya pun mencari rumah sakit ini di internet, namun kami tidak tahu kebenarannya, dan kami juga khawatir biaya pengobatannya mahal,” kata Prasit. Setelah melalui pertimbangan yang matang, akhirnya ia mengikuti saran istrinya dan datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou pada tanggal 12 Maret 2015, namun di saat yang sama ia juga telah mempersiapkan mental jika tidak dapat pulang ke negaranya lagi.
"Saya dapat bertahan hidup hingga hari ini berkat istri saya," kata Prasit. "Dia telah berada di sisi saya selama empat tahun terakhir, mengganti obat saya dua atau tiga kali sehari, dan menderita bersama saya." Karena tumor tersebut menekan saluran napas, esofagus, dan trakea laring, ia hanya bisa makan makanan cair, napasnya berangsur-angsur menjadi sulit dan suaranya menjadi serak. Istrinya menghaluskan makanan Prasit menjadi jus dan memberikannya melalui selang. Prasit dan istrinya memenangkan perlombaan melawan waktu. Mereka menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dan mendapat kesempatan untuk berhasil melawan kanker.
Perjalanan mencari pengobatan kali ini menjadi titik balik bagi Prasit!
"Sungguh suatu keajaiban, hanya dalam waktu 20 hari pengobatan, tumor saya telah berubah dari sebesar kelapa menjadi seukuran telur, dan indera perasa saya juga pulih dua hari sebelum saya keluar dari rumah sakit," kata Prasit dengan terkejut.
Setelah masukRS dan melakukan pemeriksaan, diagnosisnya adalah tumor di leher kanan berukuran 20x18x10cm, dan di leher kiri juga terdapat pembengkakan kelenjar getah bening sekitar 5x4x3cm, Prasit didiagnosis menderita karsinoma sel skuamosa laring dan metastasis kelenjar getah bening bilateral di leher (stadium IVb).
Mempertimbangkan kondisi serius tumor yang menekan trakea laring dan menyebabkan ketidakmampuan bernapas, tim medis MDT dari St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou memutuskan untuk melakukan trakeotomi terlebih dahulu pada Prasit untuk mengatasi gejala dispnea dan memastikan keamanan pengobatan minimal invasif berikutnya. Pada tanggal 14 Maret, ahli bedah rumah sakit berhasil melakukan trakeotomi, kemudian pada tanggal 23 dan 30 Maret melakukan satu kali intervensi dan cryosurgery pada tumor leher kanan. Dokter yang menangani Prasit membandingkan foto tumor yang diambil ketika dia dirawat di rumah sakit pada tanggal 12 Maret dan ketika dia keluar dari rumah sakit pada tanggal 5 April, dan berkata, "Tumornya telah menyusut empat perlima."
“Setelah intervensi, saya bisa melihat tumornya mengecil setiap hari,” ujar Prasit, “Khususnya pada hari keempat setelah intervensi, tumornya mengecil 40%. Sejak hari itu, saya benar-benar mendapatkan kepercayaan diri. Pada hari itu jugalah, saya pertama kalinya dapat tertawa bahagia sejak empat tahun terakhir!”
Proses pengobatan selanjutnya berjalan sangat lancar. Sekarang, hampir 9 tahun telah berlalu. Kini menginjak usia 70 tahun, Prasit masih tampak muda dan energik. Wajahnya selalu dipenuhi senyum ceria dan hangat, penyakitnya seperti hanya sekadar lelucon baginya. Kanker yang pernah hampir merenggut nyawanya kemudian menghilang begitu saja berkat teknologi medis canggih.
Kisah Prasit dalam melawan kanker telah memengaruhi banyak pasien, dan kisah suksesnya akan terus menginspirasi lebih banyak pasien kanker.
“Tetap optimis dan pantang menyerah,” demikian pesan Prasit kepada seluruh pasien yang menderita penyakit. “Pilihlah metode pengobatan yang tepat, St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou akan menjadi pilihan yang paling tepat bagi Anda,” inilah saran Prasit yang paling jujur, ia berharap banyak pasien kanker berhasil melawan kanker secepatnya.
Sebelum pengobatan, tumor di leher kanan Prasit lebih besar dari genggaman tangan
Pada tanggal 4 April, Prasit sangat senang, pertama kali ia makan makanan Thailand di China, hampir 1 ekor ikan dimakannya, “Makanan ini adalah makanan paling enak yang pernah saya makan selama 4 tahun ini!” Ia mengatakannya dengan mantap setelah menghabiskan makan malamnya. Dikarenakan tumor yang ada di lehernya, selama 4 tahun terakhir ia tidak pernah mengkonsumsi makanan yang enak ini!
4 tahun yang lalu, Prasit terdiagnosa mengidap kanker laring. Dokter setempat menyarankannya untuk melakukan kemoterapi sistemik, tetapi ia menolak karena mempertimbangkan efek samping setelahnya. Ia mengatakan : ”Saya langsung muntah begitu menjalani, jadi sekarang saya sangat takut ketika masuk rumah sakit”. Kemudian, dokter memberitahunya, karena radioterapi dapat membuat gigi sebelah kanannya lepas maka sebaiknya dicabut sebelum menjalani radioterapi, supaya terhindar dari efek samping yang lebih berat. Sehingga saya pun mencabut gigi saya, tetapi saya tidak jadi menjalani metode tersebut. Karena untuk dapat menjalani pengobatan di rumah sakit Thailand diperlukan waktu mengantri yang lama, setelah menunggu beberapa lama, Prasit pun memutuskan untuk tidak melakukan pengobatan di sana, ditambah ketakutannya terhadap efek samping kemoradioterapi. Ia pun memutuskan tidak melakukan pengobatan apapun, dan hanya melakukan terapi biasa di rumah.
Sekitar 1 tahun yang lalu, tumbuh sebuah tumor di leher kanan Prasit. Tumor ini semakin membesar hingga sebesar buah kelapa, tumor tersebut merusak bagian kulit, bernanah dan berdarah, serta mengeluarkan cairan putih. Prasit sering tidak bisa tidur dikarenakan rasa sakit yang dialaminya, berat badan nya pun turun hingga 20 kg. Suatu kali, saat tidur, ia bermimpi dirinya tenggelam, kemudian ia terbangun dari mimpinya dan menyadari bahwa tumornya yang bernanah mengeluarkan banyak darah, sampai membasahi baju dan celananya, ia seakan terbaring di kubangan darah segar. Beberapa tahun terakhir, kanker yang menjeratnya membuat semangat Prasit menjadi rapuh, rutinitas yang dilakukannya setiap hari hanyalah bercermin, menggunakan kedua tangannya untuk mengukur tumor yang mengesalkan itu, sambil berpikir dalam hati, coba saja tumor ini dapat menghilang suatu hari nanti.
“Saya bisa bertahan hingga hari ini berkat istri saya”, Prasit mengatakan : “Selama 4 tahun ini ia selalu mendampingi saya, menggantikan obat untuk saya 2-3 kali dalam sehari, ia ikut menderita bersama dengan saya”. Karena tumor menekan saluran pernafasan, kerongkongan dan saluran napas bagian laring, ia hanya bisa mengkonsumsi makanan yang lembut, bernafas pun kian sulit untuk dilakukannya, suaranya berubah menjadi parau. Istrinya selalu mengolah makanannya menjadi carian, dan menyuapinya dengan sedotan.
Prasit mengatakan : “Kemudian kami melihat informasi di koran tentang Modern Cancer Hospital Guangzhou, setelah itu kami pun mencari tahu tentang rumah sakit ini di internet, tetapi kami tidak tahu apakah ini benar atau tidak, kami juga khawatir mengenai biaya pengobatan yang mahal.” Setelah melalui pertimbangan, akhirnya ia pun mendengarkan saran sang istri. Pada tanggal 12 Maret 2015, ia pun datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou, tetapi saat itu ia juga sudah mempersiapkan diri kalau-kalau ia tidak bisa kembali lagi.
Setelah pengobatan, sewaktu keluar dari rumah sakit (5 April), tumor sudah sekecil telur ayam
Namun, pengobatan kali ini justru membawa perubahan bagi Prasit!
Prasit mengatakan : “Benar-benar sebuah keajaiban, baru saja melakukan pengobatan selama 20 hari, tumor saya yang tadinya sebesar kelapa mengecil hingga sekecil telur ayam. Selain itu, 2 hari sebelum keluar dari rumah sakit, indera pengecap saya pun menjadi pulih kembali.”
Diagnosa dari rumah sakit menunjukkan ukuran tumor di leher kanannya : 20x18x10cm, sedangkan pembengkakan kelejar getah bening pada leher kirinya sudah sebesar 5x4x3cm, ia terdiagnosa menderita kanker laring (karsinoma sel skuamosa) dengan metastase ke kelenjar getah bening di leher kiri dan kanan (stadium 4B).
Karena mempertimbangkan kondisi tumor yang menekan saluran tenggorokan (laring trakea) dan membuatnya kesulitan bernapas, maka tim medis MDT Modern Cancer Hospital Guangzhou memutuskan melakukan Tracheostomy terlebih dahulu, untuk menyelesaikan masalah kesulitan bernapas dan menjamin keamanan tindakan selanjutnya. Pada tanggal 14 Maret, ahli bedah berhasil menjalankan Tracheostomy. Kemudian pada tanggal 23 Maret dilakukan Intervensi dan 30 Maret dilakukan Cryosurgery pada tumor di leher kanannya. Dokter yang menangani Prasit membandingkan hasil rontgen tanggal 12 Maret pada saat Prasit awal masuk rumah sakit dan hasil rontgen tanggal 5 April pada saat Prasit keluar dari Rumah sakit, ia mengatakan :”Tumor sudah mengecil menjadi hanya 1/5 nya.”
Prasit mengatakan : “Setelah Intervensi, saya dapat melihat tumor saya mengecil setiap harinya. Terlebih lagi 4 hari setelah Intervensi, tumor sudah mengecil hingga 40 %, saat itu juga kepercayaan diri saya bangkit kembali, dan saat itu juga saya bisa tertawa kembali, sudah 4 tahun saya tidak tertawa sebahagia ini!”
Proses pengobatan yang harus dijalani Prasit masih belum selesai, tetapi ia sudah tidak sabar untuk membagikan pengalamannya, untuk dapat membantu lebih banyak orang mendapatkan pengobatan yang sesuai sedini mungkin. Prasit mengatakan : ”Pasien kanker di Thailand masih banyak yang belum mendapatkan metode pengobatan yang sesuai, karena Tuhan telah memberikan kesempatan hidup kembali kepada saya, saya berharap saya bisa melakukan sesuatu.” Pada tanggal 10 April, ia dan seorang teman yang sama-sama mendapatkan kesembuhan di Modern Cancer Hospital Hospital menjalani wawancara dari stasiun televisi terbesar ke-2 dan harian terbesar ke-2 di Thailand, mereka membagikan kisah perjuangan merela melawan kanker.
Perbandingan sebelum dan sesudah pengobatan Prasit Sumonta
“Sudah tepat sembilan bulan sejak pertama kali saya dirawat di rumah sakit hingga akhirnya saya keluar dari rumah sakit setelah berhasil melawan kanker. Sekarang adalah tahun kesembilan dari keberhasilan saya melawan kanker. Angka 9 memiliki makna khusus bagi saya. Saya begitu terharu dapat kembali ke tempat yang telah memberiku kesempatan hidup yang kedua ini.” Inilah ungkapan perasaan Prasit Sumonta ketika ia kembali ke rumah sakit kami pada November 2023 untuk berpartisipasi dalam acara reuni penyintas kanker bertemakan “In Long Years of Fighting Cancer, Feeling Warm in Modern Cancer Hospital”. Dalam budaya Tiongkok, angka 9 juga memiliki arti umur panjang dan keabadian, yang melambangkan kesehatan dan kebahagiaan abadi.
Prasit Sumonta mengikuti acara pejuang kanker pada tahun 2023
Mengenang kondisi saat ia baru didiagnosis kanker pada tahun 2011, Prasit bagaimanapun tidak akan percaya ia dapat bertahan hidup hingga sekarang. “Setelah saya didiagnosis, dokter setempat memberikan vonis kanker laring stadium akhir dan saya hanya punya waktu dua bulan lagi untuk hidup. Saat itu langit serasa runtuh, 60 hari akan berlalu dalam sekejap mata, ada rasa takut seperti ajal sudah dekat”.
“Namun kini di tahun kesembilan, saya tetap sehat seperti biasanya. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou telah memberi saya kesempatan hidup yang kedua”. Prasit menceritakan pengalaman pahitnya dalam melawan penyakit dengan sikap yang rileks dan tegas, inilah sikap seorang pemenang yang berhasil menaklukkan penyakitnya.
He Langbing (Director of International Affairs Department) menyerahkan sertifikat kepada Prasit Sumonta
Untuk menyebarkan semangatnya dalam melawan kanker, Prasit juga mengunjungi pasien kanker payudara dan pasien kanker usus asal Thailand. Kedua pasien tersebut sangat bersemangat bertemu dengan penyintas kanker dari negaranya, terutama Anucha, seorang pasien kanker usus. Dia memutuskan untuk datang berobat ke rumah sakit kami setelah mendengarkan kisah Prasit di acara yang diadakan di Thailand. Dia berkata akan menjadikan Prasit sebagai teladan, mengikuti instruksi dokter dengan ketat, dan berusaha menjadi penyintas kanker berikutnya.
Sekitar tahun 2010, Prasit menderita tumor di sisi kanan lehernya. Tumornya semakin membesar hingga seukuran kelapa, menembus kulit, membusuk dan mengeluarkan darah, juga mengeluarkan cairan berwarna putih. Prasit seringkali tidak bisa tidur karena kesakitan, berat badan berkurang 20kg. Suatu ketika dia bermimpi tenggelam dalam air. Ketika dia terbangun dari mimpinya, dia menemukan tumor yang membusuk telah mengeluarkan banyak darah, pakaiannya basah kuyup dan dia terbaring di tengah genangan darah. Selama bertahun-tahun, jeratan kanker hampir menyebabkan Prasit frustrasi. Aktivitasnya sehari-hari adalah bercermin dan mengukur tumor dengan kedua tangannya. Ia berpikir alangkah baiknya jika tumor itu tiba-tiba menghilang suatu hari nanti.
Pada tahun 2011, Prasit didiagnosis kanker laring dan menjalani kemoterapi sistemik atas saran dokter setempat. Namun, efek samping kemoterapi membuat ia sangat menentang pengobatan tersebut. “Saya muntah-muntah begitu menjalani kemoterapi, dan sekarang saya takut ketika pergi ke rumah sakit,” ujarnya. Kemudian dokter menyarankan radioterapi dan mengatakan kepada Prasit bahwa radioterapi akan menyebabkan semua gigi di sisi kanan tanggal. Disarankan agar gigi tersebut dicabut sebelum radioterapi untuk menghindari efek samping yang lebih serius, jadi saya mencabut gigi tersebut, tetapi kemudian tidak jadi dilakukan radioterapi. Karena untuk berobat di RS Thailand harus mengantre panjang, Prasit akhirnya menyerah untuk berobat di RS Thailand setelah menunggu lama. Selain itu, karena takut dengan efek samping kemoradioterapi,Prasit tidak menjalani pengobatan apa pun dan hanya melakukan perawatan sehari-hari di rumah. Namun, kondisinya semakin memburuk dari hari ke hari. Di tengah situasi yang kritis, Prasit dan keluarganya mengetahui tentang rumah sakit kami secara tidak langsung. Ide untuk mencari perawatan medis di luar negeri ibarat benih yang bertunas dan perlahan tumbuh di hati Prasit dan keluarganya.
Foto Prasit Sumonta setelah pengobatan pertama
“Setelah melihat informasi tentang St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di surat kabar, saya pun mencari rumah sakit ini di internet, namun kami tidak tahu kebenarannya, dan kami juga khawatir biaya pengobatannya mahal,” kata Prasit. Setelah melalui pertimbangan yang matang, akhirnya ia mengikuti saran istrinya dan datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou pada tanggal 12 Maret 2015, namun di saat yang sama ia juga telah mempersiapkan mental jika tidak dapat pulang ke negaranya lagi.
"Saya dapat bertahan hidup hingga hari ini berkat istri saya," kata Prasit. "Dia telah berada di sisi saya selama empat tahun terakhir, mengganti obat saya dua atau tiga kali sehari, dan menderita bersama saya." Karena tumor tersebut menekan saluran napas, esofagus, dan trakea laring, ia hanya bisa makan makanan cair, napasnya berangsur-angsur menjadi sulit dan suaranya menjadi serak. Istrinya menghaluskan makanan Prasit menjadi jus dan memberikannya melalui selang. Prasit dan istrinya memenangkan perlombaan melawan waktu. Mereka menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou dan mendapat kesempatan untuk berhasil melawan kanker.
Perjalanan mencari pengobatan kali ini menjadi titik balik bagi Prasit!
"Sungguh suatu keajaiban, hanya dalam waktu 20 hari pengobatan, tumor saya telah berubah dari sebesar kelapa menjadi seukuran telur, dan indera perasa saya juga pulih dua hari sebelum saya keluar dari rumah sakit," kata Prasit dengan terkejut.
Setelah masukRS dan melakukan pemeriksaan, diagnosisnya adalah tumor di leher kanan berukuran 20x18x10cm, dan di leher kiri juga terdapat pembengkakan kelenjar getah bening sekitar 5x4x3cm, Prasit didiagnosis menderita karsinoma sel skuamosa laring dan metastasis kelenjar getah bening bilateral di leher (stadium IVb).
Mempertimbangkan kondisi serius tumor yang menekan trakea laring dan menyebabkan ketidakmampuan bernapas, tim medis MDT dari St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou memutuskan untuk melakukan trakeotomi terlebih dahulu pada Prasit untuk mengatasi gejala dispnea dan memastikan keamanan pengobatan minimal invasif berikutnya. Pada tanggal 14 Maret, ahli bedah rumah sakit berhasil melakukan trakeotomi, kemudian pada tanggal 23 dan 30 Maret melakukan satu kali intervensi dan cryosurgery pada tumor leher kanan. Dokter yang menangani Prasit membandingkan foto tumor yang diambil ketika dia dirawat di rumah sakit pada tanggal 12 Maret dan ketika dia keluar dari rumah sakit pada tanggal 5 April, dan berkata, "Tumornya telah menyusut empat perlima."
“Setelah intervensi, saya bisa melihat tumornya mengecil setiap hari,” ujar Prasit, “Khususnya pada hari keempat setelah intervensi, tumornya mengecil 40%. Sejak hari itu, saya benar-benar mendapatkan kepercayaan diri. Pada hari itu jugalah, saya pertama kalinya dapat tertawa bahagia sejak empat tahun terakhir!”
Proses pengobatan selanjutnya berjalan sangat lancar. Sekarang, hampir 9 tahun telah berlalu. Kini menginjak usia 70 tahun, Prasit masih tampak muda dan energik. Wajahnya selalu dipenuhi senyum ceria dan hangat, penyakitnya seperti hanya sekadar lelucon baginya. Kanker yang pernah hampir merenggut nyawanya kemudian menghilang begitu saja berkat teknologi medis canggih.
Kisah Prasit dalam melawan kanker telah memengaruhi banyak pasien, dan kisah suksesnya akan terus menginspirasi lebih banyak pasien kanker.
“Tetap optimis dan pantang menyerah,” demikian pesan Prasit kepada seluruh pasien yang menderita penyakit. “Pilihlah metode pengobatan yang tepat, St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou akan menjadi pilihan yang paling tepat bagi Anda,” inilah saran Prasit yang paling jujur, ia berharap banyak pasien kanker berhasil melawan kanker secepatnya.