Hatta
Pada musim semi 2007, Hatta yang adalah seorang pasien asal Indonesia tiba-tiba mengalami diare dan gejala BAB yang disertai darah merah gelap dan lendir, lalu ia pun melakukan pemeriksaan ke negara tetangga. Hasil pemeriksaan CT-Scan menunjukkan bahwa di sekeliling rektumnya terdapat infeksi besar dan pembengkakan kelenjar getah bening di sisi kanan ileum, dan setelah melalui biopsi rektum, ia pun terdiagnosa kanker rektum. Dokter menyarankannya untuk menjalankan operasi anus, tetapi dengan membuat anus buatan, berarti harus menghabiskan sisa hidupnya dengan kantong kolostomi. Hatta dengan tegas menolak saran ini, dengan percaya diri ia mengatakan bahwa ini bukan metode pengobatan yang terbaik !
Setelah kembali ke rumah, gejala BAB berdarahnya tidak kunjung hilang, saat itu bahkan tinjanya sudah tidak berbentuk dan frekuensi buang air besar meningkat, menjadi 7-8 kali sehari, warna darah pada tinjanya pun menjadi merah gelap.
Dalam sebuah kesempatan, Hatta mengetahui pengobatan Teknologi Minimal Invasif di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou yang dapat mewujudkan keinginannya untuk tidak operasi, dan dapat mencapai efek terapi yang sama dengan operasi. Hal ini membuat Hatta seakan mendapatkan secercah harapan. Pada Mei 2007, ia pun datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Mengingat tuntutan yang kuat dari Hatta untuk tidak operasi, setelah melalui proses diskusi, akhirnya Tim Ahli rumah sakit memutuskan untuk menerapkan metode Intervensi yang dikombinasikan dengan Terapi Natural.
Pengobatan pun dimulai pada 13 Mei 2007, saat itu Hatta menjalani Intervensi. Setelah 3 bulan menjalani pengobatan, tumornya menghilang, gejala BAB berdarahnya pun juga berkurang. Saat itu ia juga menjalani Terapi Natural untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan Traditional Chinese Medicine (TCM) untuk memulihkan kondisinya, semangatnya pun terus meningkat. Setelah selesai menjalani 6 kali Intervensi, untuk mengkonsolidasikan dan meningkatkan efektifitas pengobatan, ia pun menjalani radioterapi lokal. Sejak Agustus di tahun yang sama, gejala BAB berdarahnya telah menghilang. Pada Maret 2008, untuk pertama kalinya Hatta melakukan kontrol ke rumah sakit, setelah melakukan pemeriksaan secara keseluruhan, dokter menyarakan tidak ada kekambuhan pada tumornya. Dengan gembira, Hatta pergi ke rumah sakit tempat dimana ia pertama kali melakukan pemeriksaan. Dokter yang pernah menyarankannya operasi memegang hasil CT-Scan nya dan terkejut hingga tidak dapat berkata-kata – – – ia tidak menemukan sel kanker sedikit pun!
Sudah 12 tahun berlalu, saat ini Hatta yang berusia 75 tahun masih dapat hidup dengan normal, kanker rektumnya tidak pernah kambuh kembali. Setiap tahun ia datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou untuk menjalani pemeriksaan ulang.
“St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou adalah rumah sakit kanker terbaik, di sini telah menyadarkan kami untuk terus berjuang dan bertahan hidup.” Ia mengatakan, “Meskipun saat itu saya tertarik pada teknologi rumah sakit, tetapi yang benar-benar menyentuh saya adalah tanggung jawab dan kesabaran para dokter, serta antusiasme dan ketelitian para staf medis. Baru di sini saya menemukan dokter yang ramah.” Teringat saat hari pertama menjalani pengobatan, perasaan Hatta saat itu campur aduk. Untuk pertama kali menjalani rawat inap di rumah sakit China, hati Hatta penuh dengan keraguan, ia terus mengajukan berbagai pertanyaan ke dokter. Terkadang ada pertanyaan yang sudah beberapa kali ditanyakan, tetapi dokter Hu Ying masih dengan sabar menjawab pertanyaannya. “Setiap kali saya merasa khawatir dan cemas, dokter dan suster akan dengan sabar menenangkan dan mendampingi saya berbicara. Itu membuat saya merasa jauh lebih nyaman. Pasien kanker membutuhkan kenyamanan psikologis, spiritual dan dorongan. Dan saya pikir St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou melakukan hal ini dengan sangat baik!” kata Hatta.
Hatta
Pada musim semi 2007, Hatta yang adalah seorang pasien asal Indonesia tiba-tiba mengalami diare dan gejala BAB yang disertai darah merah gelap dan lendir, lalu ia pun melakukan pemeriksaan ke negara tetangga. Hasil pemeriksaan CT-Scan menunjukkan bahwa di sekeliling rektumnya terdapat infeksi besar dan pembengkakan kelenjar getah bening di sisi kanan ileum, dan setelah melalui biopsi rektum, ia pun terdiagnosa kanker rektum. Dokter menyarankannya untuk menjalankan operasi anus, tetapi dengan membuat anus buatan, berarti harus menghabiskan sisa hidupnya dengan kantong kolostomi. Hatta dengan tegas menolak saran ini, dengan percaya diri ia mengatakan bahwa ini bukan metode pengobatan yang terbaik !
Setelah kembali ke rumah, gejala BAB berdarahnya tidak kunjung hilang, saat itu bahkan tinjanya sudah tidak berbentuk dan frekuensi buang air besar meningkat, menjadi 7-8 kali sehari, warna darah pada tinjanya pun menjadi merah gelap.
Dalam sebuah kesempatan, Hatta mengetahui pengobatan Teknologi Minimal Invasif di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou yang dapat mewujudkan keinginannya untuk tidak operasi, dan dapat mencapai efek terapi yang sama dengan operasi. Hal ini membuat Hatta seakan mendapatkan secercah harapan. Pada Mei 2007, ia pun datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou.
Mengingat tuntutan yang kuat dari Hatta untuk tidak operasi, setelah melalui proses diskusi, akhirnya Tim Ahli rumah sakit memutuskan untuk menerapkan metode Intervensi yang dikombinasikan dengan Terapi Natural.
Pengobatan pun dimulai pada 13 Mei 2007, saat itu Hatta menjalani Intervensi. Setelah 3 bulan menjalani pengobatan, tumornya menghilang, gejala BAB berdarahnya pun juga berkurang. Saat itu ia juga menjalani Terapi Natural untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan Traditional Chinese Medicine (TCM) untuk memulihkan kondisinya, semangatnya pun terus meningkat. Setelah selesai menjalani 6 kali Intervensi, untuk mengkonsolidasikan dan meningkatkan efektifitas pengobatan, ia pun menjalani radioterapi lokal. Sejak Agustus di tahun yang sama, gejala BAB berdarahnya telah menghilang. Pada Maret 2008, untuk pertama kalinya Hatta melakukan kontrol ke rumah sakit, setelah melakukan pemeriksaan secara keseluruhan, dokter menyarakan tidak ada kekambuhan pada tumornya. Dengan gembira, Hatta pergi ke rumah sakit tempat dimana ia pertama kali melakukan pemeriksaan. Dokter yang pernah menyarankannya operasi memegang hasil CT-Scan nya dan terkejut hingga tidak dapat berkata-kata – – – ia tidak menemukan sel kanker sedikit pun!
Sudah 12 tahun berlalu, saat ini Hatta yang berusia 75 tahun masih dapat hidup dengan normal, kanker rektumnya tidak pernah kambuh kembali. Setiap tahun ia datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou untuk menjalani pemeriksaan ulang.
“St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou adalah rumah sakit kanker terbaik, di sini telah menyadarkan kami untuk terus berjuang dan bertahan hidup.” Ia mengatakan, “Meskipun saat itu saya tertarik pada teknologi rumah sakit, tetapi yang benar-benar menyentuh saya adalah tanggung jawab dan kesabaran para dokter, serta antusiasme dan ketelitian para staf medis. Baru di sini saya menemukan dokter yang ramah.” Teringat saat hari pertama menjalani pengobatan, perasaan Hatta saat itu campur aduk. Untuk pertama kali menjalani rawat inap di rumah sakit China, hati Hatta penuh dengan keraguan, ia terus mengajukan berbagai pertanyaan ke dokter. Terkadang ada pertanyaan yang sudah beberapa kali ditanyakan, tetapi dokter Hu Ying masih dengan sabar menjawab pertanyaannya. “Setiap kali saya merasa khawatir dan cemas, dokter dan suster akan dengan sabar menenangkan dan mendampingi saya berbicara. Itu membuat saya merasa jauh lebih nyaman. Pasien kanker membutuhkan kenyamanan psikologis, spiritual dan dorongan. Dan saya pikir St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou melakukan hal ini dengan sangat baik!” kata Hatta.