“Jika terkena kanker, harus segera menjalani pengobatan dan terus bersikap positif”
Pada tahun 2013, Prakotharn (Mr. Denchai) yang berasal dari Thailand terdiagnosa kanker usus besar stadium 3 karena mengalami BAB berdarah berulang kali. Atas saran dari dokter, ia pun menjalani operasi pengangkatan tumor. Pada pertengahan tahun 2015, tumornya kambuh kembali dan menyebar, hasil CT menunjukkan bahwa penyebaran di organ hatinya sudah berukuran sekitar 3.5x3cm. Syukurnya, setelah menjalani metode NanoKnife di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, kini kondisinya telah terkontrol dengan baik, angka penanda tumor markernya juga hampir kembali normal, dan gejala lainnya pun menghilang.
BAB Berdarah : Gejala Khas Kanker Usus Besar
Prakotharn (Mr. Denchai) berusia 43 tahun, pada tahun 2008, ia mulai mengalami gejala BAB berdarah. BAB berdarah menandakan kalau kanker usus sudah mencapai tahap tertentu. Namun, banyak orang yang mengabaikan dengan berpikir bahwa ini hanyalah wasir, bahkan beberapa dokter bisa saja salah mendiagnosanya sebagai wasir. Kenyataannya, kanker usus besar merupakan salah satu jenis kanker dengan tingkat kejadian dan kematian yang tinggi, terutama di kalangan usia 45 tahun ke atas. Ketika Anda mengalami BAB berdarah, segeralah melakukan pemeriksaan.
Setelah mengalami BAB berdarah, Prakotharn (Mr. Denchai) masih sibuk bekerja dan mengabaikannya. Sampai pada suatu pemeriksaan, ia pun terdiagnosa tumor sigmoid usus. Dengan suasana hati tertekan dan atas saran dokter, ia pun segera menjalani operasi.
Setelah operasi Prakotharn (Mr. Denchai) pun beristirahat selama 1 bulan, kemudian ia mulai menjalani kemoterapi. Kemoterapi bersifat sistemik, menggunakan obat kemo untuk membunuh sel kanker, yang mana dapat menimbulkan banyak efek samping pada pasien. Dalam proses kemoterapi, Prakotharn (Mr. Denchai) mengalami gejala sendawa. “Seharian gejala itu tidak berhenti, hingga waktu makan dan tidur”. Kemoterapi sangat menyiksa, membuat Prakotharn (Mr. Denchai) menyerah setelah menjalaninya sebanyak 2 kali. Akhirnya, melalui sebuah iklan di TV Thailand, ia mengetahui tentang St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou yang memiliki teknologi Minimal Invasif yang minim efek samping, hal ini membuatnya melihat sebuah harapan, kemudian ia pun ke Guangzhou untuk menjalani pengobatan.
Di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, Prakotharn (Mr. Denchai) didiagnosa mengalami kekambuhan dengan penyebaran ke organ hati stadium 4. Terhadap pasien kanker hati, Team MDT St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou melakukan diskusi secara mendalam. Karena metastasisnya merupakan lesi tunggal, seorang dokter berucap : Apakah operasi pengangkatan dapat dilakukan? Tapi lokasi lesi dekat dengan vena portal kanan dan arteri hepatika, jika dilakukan pengangkatan jaringan, akan terjadi kerusakan dan ada risiko yang sangat besar. Pada akhirnya, setelah melalui diskusi selama 2 jam, mereka pun memutuskan untuk menerapkan metode NanoKnife.
Nanoknife merupakan jenis teknologi ablasi tumor terbaru, bersumber dari Irreversible Electroporation (IRE), menyerang selaput sel kanker menggunakan tegangan tinggi yang dikeluarkan oleh jarum elektroda, membentuk elektroporasi permanen, merusak keseimbangan sel kanker dan membuat sel kanker mati dalam waktu singkat. Dibandingkan dengan operasi konvensional, metode ini tidak merusak jaringan penting di sekitar tumor. Metode ini dapat melindungi pembuluh darah, saluran empedu, saraf, dan berbagai jaringan penting lainnya. Metode ablasi ini bersifat menyeluruh, memiliki batas ablasi yang jelas, mengurangi risiko kekambuhan, serta data memiliki hasil efektif yang setara dengan hasil operasi.
Dalam Proses Nanoknife
Setelah menjalani pengobatan, tumor dengan cepat dapat dikendalikan. Dan selama pengobatan, pasien hampir tidak mengalami mual, muntah dan efek samping pasca kemoterapi lainnya. Dengan cepat, ia yang sebelumnya lemas dan kurang bertenaga pun kembali berenergi, optimis dan percaya diri. Menurut penjelasan kepala dokter Ma Xiaoying, setelah melakukan pemeriksaan, saat ini penanda tumor marker pasien telah hampir kembali normal dan kini kondisinya tidak berbeda daripada orang sehat.
NanoKnife – Harapan Baru Pengobatan Pasien Kanker Stadium Akhir
Teknologi Nanoknife ini telah mendapat lisensi izin aplikasi klinis dari FDA, dan sejak tahun 2015 metode ini telah diterapkan di China. Metode ini adalah jenis ablasi untuk tumor padat di hati, pankreas dan berbagai bagian lainnya.
Dr. Bai Haishan, kepala ahli Minimal Invasif St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, aplikasi klinis teknologi Nanoknife telah memberikan banyak kesempatan kepada pasien yang tidak dapat menjalani operasi atau ablasi. “Terutama bagi beberapa tumor yang posisinya terhubung dengan pembuluh darah besar di area rawan . Biasanya dokter akan menjadi tak berdaya, sehingga pasien sering hanya pasif/pasrah menunggu nasib, namun saat ini, penggunaan jarum-jarum kecil adalah cara efektif untuk menghindari risiko operasi ini,” ucap Dr. Bai Hai Shan.
St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou telah berhasil menerapkan teknologi Nanoknife pada pengobatan kanker usus besar metastasis hati, yang berarti bahwa teknologi Nanoknife di St.Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou ini semakin matang dan siap memberikan harapan baru bagi banyak pasien kanker stadium akhir.
“Jika terkena kanker, harus segera menjalani pengobatan dan terus bersikap positif”
Pada tahun 2013, Prakotharn (Mr. Denchai) yang berasal dari Thailand terdiagnosa kanker usus besar stadium 3 karena mengalami BAB berdarah berulang kali. Atas saran dari dokter, ia pun menjalani operasi pengangkatan tumor. Pada pertengahan tahun 2015, tumornya kambuh kembali dan menyebar, hasil CT menunjukkan bahwa penyebaran di organ hatinya sudah berukuran sekitar 3.5x3cm. Syukurnya, setelah menjalani metode NanoKnife di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, kini kondisinya telah terkontrol dengan baik, angka penanda tumor markernya juga hampir kembali normal, dan gejala lainnya pun menghilang.
BAB Berdarah : Gejala Khas Kanker Usus Besar
Prakotharn (Mr. Denchai) berusia 43 tahun, pada tahun 2008, ia mulai mengalami gejala BAB berdarah. BAB berdarah menandakan kalau kanker usus sudah mencapai tahap tertentu. Namun, banyak orang yang mengabaikan dengan berpikir bahwa ini hanyalah wasir, bahkan beberapa dokter bisa saja salah mendiagnosanya sebagai wasir. Kenyataannya, kanker usus besar merupakan salah satu jenis kanker dengan tingkat kejadian dan kematian yang tinggi, terutama di kalangan usia 45 tahun ke atas. Ketika Anda mengalami BAB berdarah, segeralah melakukan pemeriksaan.
Setelah mengalami BAB berdarah, Prakotharn (Mr. Denchai) masih sibuk bekerja dan mengabaikannya. Sampai pada suatu pemeriksaan, ia pun terdiagnosa tumor sigmoid usus. Dengan suasana hati tertekan dan atas saran dokter, ia pun segera menjalani operasi.
Setelah operasi Prakotharn (Mr. Denchai) pun beristirahat selama 1 bulan, kemudian ia mulai menjalani kemoterapi. Kemoterapi bersifat sistemik, menggunakan obat kemo untuk membunuh sel kanker, yang mana dapat menimbulkan banyak efek samping pada pasien. Dalam proses kemoterapi, Prakotharn (Mr. Denchai) mengalami gejala sendawa. “Seharian gejala itu tidak berhenti, hingga waktu makan dan tidur”. Kemoterapi sangat menyiksa, membuat Prakotharn (Mr. Denchai) menyerah setelah menjalaninya sebanyak 2 kali. Akhirnya, melalui sebuah iklan di TV Thailand, ia mengetahui tentang St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou yang memiliki teknologi Minimal Invasif yang minim efek samping, hal ini membuatnya melihat sebuah harapan, kemudian ia pun ke Guangzhou untuk menjalani pengobatan.
Di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, Prakotharn (Mr. Denchai) didiagnosa mengalami kekambuhan dengan penyebaran ke organ hati stadium 4. Terhadap pasien kanker hati, Team MDT St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou melakukan diskusi secara mendalam. Karena metastasisnya merupakan lesi tunggal, seorang dokter berucap : Apakah operasi pengangkatan dapat dilakukan? Tapi lokasi lesi dekat dengan vena portal kanan dan arteri hepatika, jika dilakukan pengangkatan jaringan, akan terjadi kerusakan dan ada risiko yang sangat besar. Pada akhirnya, setelah melalui diskusi selama 2 jam, mereka pun memutuskan untuk menerapkan metode NanoKnife.
Nanoknife merupakan jenis teknologi ablasi tumor terbaru, bersumber dari Irreversible Electroporation (IRE), menyerang selaput sel kanker menggunakan tegangan tinggi yang dikeluarkan oleh jarum elektroda, membentuk elektroporasi permanen, merusak keseimbangan sel kanker dan membuat sel kanker mati dalam waktu singkat. Dibandingkan dengan operasi konvensional, metode ini tidak merusak jaringan penting di sekitar tumor. Metode ini dapat melindungi pembuluh darah, saluran empedu, saraf, dan berbagai jaringan penting lainnya. Metode ablasi ini bersifat menyeluruh, memiliki batas ablasi yang jelas, mengurangi risiko kekambuhan, serta data memiliki hasil efektif yang setara dengan hasil operasi.
Dalam Proses Nanoknife
Setelah menjalani pengobatan, tumor dengan cepat dapat dikendalikan. Dan selama pengobatan, pasien hampir tidak mengalami mual, muntah dan efek samping pasca kemoterapi lainnya. Dengan cepat, ia yang sebelumnya lemas dan kurang bertenaga pun kembali berenergi, optimis dan percaya diri. Menurut penjelasan kepala dokter Ma Xiaoying, setelah melakukan pemeriksaan, saat ini penanda tumor marker pasien telah hampir kembali normal dan kini kondisinya tidak berbeda daripada orang sehat.
NanoKnife – Harapan Baru Pengobatan Pasien Kanker Stadium Akhir
Teknologi Nanoknife ini telah mendapat lisensi izin aplikasi klinis dari FDA, dan sejak tahun 2015 metode ini telah diterapkan di China. Metode ini adalah jenis ablasi untuk tumor padat di hati, pankreas dan berbagai bagian lainnya.
Dr. Bai Haishan, kepala ahli Minimal Invasif St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, aplikasi klinis teknologi Nanoknife telah memberikan banyak kesempatan kepada pasien yang tidak dapat menjalani operasi atau ablasi. “Terutama bagi beberapa tumor yang posisinya terhubung dengan pembuluh darah besar di area rawan . Biasanya dokter akan menjadi tak berdaya, sehingga pasien sering hanya pasif/pasrah menunggu nasib, namun saat ini, penggunaan jarum-jarum kecil adalah cara efektif untuk menghindari risiko operasi ini,” ucap Dr. Bai Hai Shan.
St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou telah berhasil menerapkan teknologi Nanoknife pada pengobatan kanker usus besar metastasis hati, yang berarti bahwa teknologi Nanoknife di St.Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou ini semakin matang dan siap memberikan harapan baru bagi banyak pasien kanker stadium akhir.