Foto terbaru Chan Khian Yap
Pemuda 35 tahun didiagnosis kanker rektum, menolak memakai stoma seumur hidup
Nama saya Chan Khian Yap, berusia 35 tahun, berasal dari Malaysia, dan pernah menderita kanker rektum.
Pada tahun 2022, saya mulai mengalami gejala BAB berdarah. Awalnya, saya tidak terlalu memperhatikannya karena sejak remaja saya sudah sering terganggu dengan masalah wasir, yang kadang menyebabkan perdarahan saat buang air besar. Hal ini terasa biasa saja bagi saya. Namun, beberapa bulan kemudian, perdarahan semakin sering terjadi, dan darah segar yang keluar berubah menjadi nanah berdarah. Saya juga mulai merasakan nyeri di area anus dan mengalami kesulitan saat buang air besar. Pada bulan Juni 2022, saya menjalani pemeriksaan kolonoskopi dan CT scan di RS. Hasilnya menunjukkan adanya tumor yang berjarak sekitar 3cm dari anus saya, dengan panjang tumor mendekati 4cm. Saya pun didiagnosis menderita kanker rektum.
Foto keseharian Chan Khian Yap
Saat itu, dokter memberikan rencana pengobatan berupa radioterapi dan kemoterapi pra-operasi, dilanjutkan dengan operasi pengangkatan tumor. Selama dua bulan berikutnya, saya menjalani 25 kali radioterapi dan mengonsumsi obat kemoterapi oral untuk memenuhi syarat operasi. Pada Oktober 2022, setelah pemeriksaan ulang, dokter menyatakan bahwa saya bisa dijadwalkan untuk operasi pengangkatan tumor. Namun, karena lokasi tumor sangat dekat dengan anus, dokter mengatakan bahwa mereka harus mengangkat anus bersama dengan tumornya, serta membuat stoma permanen untuk memulihkan fungsi pembuangan.
Mendengar kabar ini, saya merasa seperti jatuh ke dalam gua es, hati saya seketika terasa beku. Saat itu, saya baru berusia 33 tahun, masih muda, belum menikah, apakah saya harus menjalani sisa hidup dengan membawa kantong feses? Saya tidak ingin hidup seperti itu. Saya seorang Kristen, tubuh saya sebelumnya sehat dan saya gemar berolahraga. Setelah didiagnosis kanker, saya menganggapnya sebagai ujian dari Tuhan, dan saya harus menghadapinya dengan keberanian.
November 2024, Chan Khian Yap dan para penyintas kanker lainnya tiba di Bandara Baiyun Guangzhou
Namun, di Malaysia, pengobatan kanker hanya terbatas pada tiga metode: radioterapi, kemoterapi, dan operasi. Saya harus membuat keputusan. Setelah mempertimbangkan dengan matang, saya menolak rencana tersebut dan memutuskan mencari metode pengobatan alternatif. Melalui pencarian di Google, saya mengumpulkan banyak informasi. Saat itulah saya menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Dari kisah pasien yang dipublikasikan di situs resmi RS, saya mengetahui bahwa berkat teknologi pengobatan Minimal Invasif, banyak pasien kanker yang sebelumnya putus asa berhasil memulai “hidup kedua” mereka di sini. Hal ini memberikan saya harapan besar.
Kemudian, saya dan ayah saya mengunjungi pusat layanan internasional RS di Kuala Lumpur. Di sana, kami bertemu dengan tim layanan dari Malaysia untuk berkonsultasi. Mereka menerima kami dengan hangat dan menjelaskan secara rinci semua prosedur terkait pengobatan di luar negeri. Setelah memahami informasi tersebut, kami memutuskan untuk menjalani pengobatan di luar negeri.
Intervensi Minimal Invasif dan Penanaman Biji Partikel, menghilangkan tumor tanpa rasa sakit dengan efek luar biasa
Pada 21 Desember 2022, menjelang akhir tahun, saya dan ayah tiba di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di tengah dinginnya musim dingin. Menjelang Natal, RS dihiasi dengan dekorasi yang meriah, menciptakan suasana yang hangat dan penuh semangat. Hal ini membangkitkan kembali harapan saya untuk masa depan.
Setelah menjalani pemeriksaan medis, tim MDT di RS menyusun rencana pengobatan komprehensif Minimal Invasif yang berfokus pada metode Intervensi dan Penanaman Biji Partikel, yang disesuaikan dengan kondisi penyakit dan tubuh saya. Saya mengetahui bahwa metode Intervensi melibatkan penyuntikan obat antikanker dengan konsentrasi 2–92 kali lebih tinggi dibandingkan kemoterapi sistemik langsung ke area tumor. Selain itu, pembuluh darah arteri yang memberi suplai darah ke tumor juga akan diembolisasi. Teknik ini tidak merusak jaringan tubuh yang normal, dan memiliki keunggulan seperti minim luka, efek samping yang ringan, serta pemulihan yang lebih cepat.
Chan Khian Yap menceritakan pengalamannya dalam Acara Reuni Penyintas Kanker 2024
Setelah menjalani pengobatan Intervensi pertama, saya merasakan perubahan yang signifikan pada tubuh saya. Proses buang air besar menjadi jauh lebih lancar. Kemoterapi konvensional sering menyebabkan rasa sakit dan sensasi terbakar, yang membuat tubuh menjadi lemas. Namun, pengobatan intervensi minim samping dan hampir tidak ada rasa tidak nyaman. Hal ini membuat saya merasa lebih tenang untuk menjalani sesi selanjutnya.
Beberapa hari kemudian, saya menjalani pengobatan Penanaman Biji Partikel, dimana dokter menanamkan 20 biji partikel radioaktif I125 di area tumor rektum saya. Penanaman biji partikel adalah bentuk terapi radiasi internal, dimana partikel I125 terus-menerus melepaskan sinar γ untuk membunuh sel kanker dalam jarak dekat, menghasilkan efek yang mirip dengan tindakan bedah. Hasilnya sangat cepat dan mengejutkan saya serta ayah saya: hanya dalam waktu satu setengah bulan setelahnya, saya menjalani pemeriksaan ulang dan menemukan bahwa tumor rektum saya telah menyusut hingga 80%!
Chan Khian Yap dalam Acara Reuni Penyintas Kanker 2024
Di RS, saya menjalani total 6 kali pengobatan Intervensi dan 1 kali pengobatan Penanaman Biji Partikel. Setelah pengobatan, gejala buang air besar berdarah saya terus berkurang, dan tubuh saya tidak lagi merasakan ketidaknyamanan. Enam bulan kemudian, setelah pemeriksaan ulang, hasil kolonoskopi menunjukkan bahwa sel kanker di dalam rektum saya telah kehilangan semua aktivitasnya, dan tumor saya telah hilang sepenuhnya!
Yang paling memuaskan bagi saya dari pengobatan Minimal Invasif ini adalah hampir tidak ada kerusakan yang ditimbulkan, serta dampaknya yang sangat kecil terhadap rutinitas kehidupan saya sehari-hari. Setiap kali selesai pengobatan, saya akan kembali ke Malaysia, berlari setiap hari, bermain bulu tangkis, berolahraga, dan bahkan kembali bekerja seperti biasa. Selama dua tahun ini, setiap kali pemeriksaan ulang, penanda tumor saya selalu dalam batas normal, dan hidup saya berjalan seperti orang pada umumnya, tanpa perlu menjalani pengobatan lebih lanjut.
Percaya pada pengobatan Minimal Invasif, berusaha menyebarkan cinta dan harapan
Sekarang, sebagai seorang penyintas kanker yang kembali ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, saya merasa sangat bersyukur dan penuh kegembiraan. Jika dibandingkan dengan pengalaman perjuangan kanker yang panjang dan penuh rintangan yang dialami oleh pasien kanker lainnya, saya merasa sangat beruntung.
Saya percaya bahwa dalam perjuangan melawan kanker, hal yang paling penting adalah menemukan metode ilmiah yang tepat, menjaga mental yang positif, dan mengintegrasikan berbagai sumber daya. Jangan terjebak dalam pandangan dan pemahaman yang sempit, tetapi usahakan untuk mencari metode pengobatan yang maju dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.
Chan Khian Yap Foto berfoto bersama para penyintas kanker lainnya
Berkat kemajuan teknologi medis, metode pengobatan kanker di Tiongkok menjadi lebih fleksibel dan komprehensif, tidak terbatas pada pengobatan konvensional. Seperti itulah pengobatan Minimal Invasif Terintegrasi, yang dapat merancang rencana pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien, meminimalkan luka, dan memaksimalkan hasil pengobatan. St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou memiliki 18 jenis teknologi pengobatan kanker, yang memberi pasien lebih banyak pilihan dan meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup.
Ada pepatah Tiongkok yang mengatakan, “Menyelamatkan satu nyawa lebih berharga daripada membangun tujuh tingkat pagoda.” Karena saya telah diselamatkan oleh teknologi Minimal Invasif ini, saya dengan senang hati merekomendasikan RS ini kepada keluarga dan teman-teman yang menderita kanker, dengan harapan dapat membantu mereka. Misalnya, saya pernah mengajak seorang kerabat yang sudah lanjut usia untuk menjalani pengobatan di RS ini. Dia menderita kanker kandung kemih, dan RS setempat menyarankan untuk mengangkat kandung kemih dan hidup dengan kantong urin. Namun, setelah menjalani pengobatan Minimal Invasif di sini, sel kanker di tubuhnya benar-benar hilang, dan dia mendapatkan hasil yang sangat baik.
Chan Khian Yap dan para penyintas kanker lainnya ikut serta dalam tur Kota Guangzhou
Saya percaya pada RS ini, tidak hanya karena teknologi Minimal Invasif yang canggih, tetapi juga karena para tenaga medis di sini. Mereka tidak hanya memiliki keterampilan medis yang luar biasa, tetapi yang lebih langka adalah mereka memiliki sikap yang rendah hati dan perhatian terhadap pasien. Contohnya adalah dokter penanggung jawab saya, dr. Lin Jing, yang selalu menyapa dengan senyuman dan memberi semangat kepada pasien.
Saya ingat saat pertama kali dirawat di RS, karena pembatasan saat pandemi, saya tinggal di RS selama 40 hari dan setiap hari berinteraksi dengan para tenaga medis. Pada waktu senggang, dr. Lin Jing bahkan meminta saya membantu sebagai penerjemah, sehingga saya bisa bertemu dengan banyak pasien dari berbagai negara. Saya mengetahui bahwa banyak dari mereka yang dinyatakan tidak dapat diobati di RS setempat, namun di sini mereka mendapatkan harapan baru untuk hidup. Cerita-cerita ini sungguh nyata dan menggugah hati saya.
Di masa depan, saya akan terus menjalani setiap hari dengan optimisme dan rasa syukur, dan menyebarkan harapan kepada lebih banyak pasien kanker. Saya ingin memberitahu mereka untuk tidak menyerah, karena harapan selalu ada!
Foto terbaru Chan Khian Yap
Pemuda 35 tahun didiagnosis kanker rektum, menolak memakai stoma seumur hidup
Nama saya Chan Khian Yap, berusia 35 tahun, berasal dari Malaysia, dan pernah menderita kanker rektum.
Pada tahun 2022, saya mulai mengalami gejala BAB berdarah. Awalnya, saya tidak terlalu memperhatikannya karena sejak remaja saya sudah sering terganggu dengan masalah wasir, yang kadang menyebabkan perdarahan saat buang air besar. Hal ini terasa biasa saja bagi saya. Namun, beberapa bulan kemudian, perdarahan semakin sering terjadi, dan darah segar yang keluar berubah menjadi nanah berdarah. Saya juga mulai merasakan nyeri di area anus dan mengalami kesulitan saat buang air besar. Pada bulan Juni 2022, saya menjalani pemeriksaan kolonoskopi dan CT scan di RS. Hasilnya menunjukkan adanya tumor yang berjarak sekitar 3cm dari anus saya, dengan panjang tumor mendekati 4cm. Saya pun didiagnosis menderita kanker rektum.
Foto keseharian Chan Khian Yap
Saat itu, dokter memberikan rencana pengobatan berupa radioterapi dan kemoterapi pra-operasi, dilanjutkan dengan operasi pengangkatan tumor. Selama dua bulan berikutnya, saya menjalani 25 kali radioterapi dan mengonsumsi obat kemoterapi oral untuk memenuhi syarat operasi. Pada Oktober 2022, setelah pemeriksaan ulang, dokter menyatakan bahwa saya bisa dijadwalkan untuk operasi pengangkatan tumor. Namun, karena lokasi tumor sangat dekat dengan anus, dokter mengatakan bahwa mereka harus mengangkat anus bersama dengan tumornya, serta membuat stoma permanen untuk memulihkan fungsi pembuangan.
Mendengar kabar ini, saya merasa seperti jatuh ke dalam gua es, hati saya seketika terasa beku. Saat itu, saya baru berusia 33 tahun, masih muda, belum menikah, apakah saya harus menjalani sisa hidup dengan membawa kantong feses? Saya tidak ingin hidup seperti itu. Saya seorang Kristen, tubuh saya sebelumnya sehat dan saya gemar berolahraga. Setelah didiagnosis kanker, saya menganggapnya sebagai ujian dari Tuhan, dan saya harus menghadapinya dengan keberanian.
November 2024, Chan Khian Yap dan para penyintas kanker lainnya tiba di Bandara Baiyun Guangzhou
Namun, di Malaysia, pengobatan kanker hanya terbatas pada tiga metode: radioterapi, kemoterapi, dan operasi. Saya harus membuat keputusan. Setelah mempertimbangkan dengan matang, saya menolak rencana tersebut dan memutuskan mencari metode pengobatan alternatif. Melalui pencarian di Google, saya mengumpulkan banyak informasi. Saat itulah saya menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Dari kisah pasien yang dipublikasikan di situs resmi RS, saya mengetahui bahwa berkat teknologi pengobatan Minimal Invasif, banyak pasien kanker yang sebelumnya putus asa berhasil memulai “hidup kedua” mereka di sini. Hal ini memberikan saya harapan besar.
Kemudian, saya dan ayah saya mengunjungi pusat layanan internasional RS di Kuala Lumpur. Di sana, kami bertemu dengan tim layanan dari Malaysia untuk berkonsultasi. Mereka menerima kami dengan hangat dan menjelaskan secara rinci semua prosedur terkait pengobatan di luar negeri. Setelah memahami informasi tersebut, kami memutuskan untuk menjalani pengobatan di luar negeri.
Intervensi Minimal Invasif dan Penanaman Biji Partikel, menghilangkan tumor tanpa rasa sakit dengan efek luar biasa
Pada 21 Desember 2022, menjelang akhir tahun, saya dan ayah tiba di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou di tengah dinginnya musim dingin. Menjelang Natal, RS dihiasi dengan dekorasi yang meriah, menciptakan suasana yang hangat dan penuh semangat. Hal ini membangkitkan kembali harapan saya untuk masa depan.
Setelah menjalani pemeriksaan medis, tim MDT di RS menyusun rencana pengobatan komprehensif Minimal Invasif yang berfokus pada metode Intervensi dan Penanaman Biji Partikel, yang disesuaikan dengan kondisi penyakit dan tubuh saya. Saya mengetahui bahwa metode Intervensi melibatkan penyuntikan obat antikanker dengan konsentrasi 2–92 kali lebih tinggi dibandingkan kemoterapi sistemik langsung ke area tumor. Selain itu, pembuluh darah arteri yang memberi suplai darah ke tumor juga akan diembolisasi. Teknik ini tidak merusak jaringan tubuh yang normal, dan memiliki keunggulan seperti minim luka, efek samping yang ringan, serta pemulihan yang lebih cepat.
Chan Khian Yap menceritakan pengalamannya dalam Acara Reuni Penyintas Kanker 2024
Setelah menjalani pengobatan Intervensi pertama, saya merasakan perubahan yang signifikan pada tubuh saya. Proses buang air besar menjadi jauh lebih lancar. Kemoterapi konvensional sering menyebabkan rasa sakit dan sensasi terbakar, yang membuat tubuh menjadi lemas. Namun, pengobatan intervensi minim samping dan hampir tidak ada rasa tidak nyaman. Hal ini membuat saya merasa lebih tenang untuk menjalani sesi selanjutnya.
Beberapa hari kemudian, saya menjalani pengobatan Penanaman Biji Partikel, dimana dokter menanamkan 20 biji partikel radioaktif I125 di area tumor rektum saya. Penanaman biji partikel adalah bentuk terapi radiasi internal, dimana partikel I125 terus-menerus melepaskan sinar γ untuk membunuh sel kanker dalam jarak dekat, menghasilkan efek yang mirip dengan tindakan bedah. Hasilnya sangat cepat dan mengejutkan saya serta ayah saya: hanya dalam waktu satu setengah bulan setelahnya, saya menjalani pemeriksaan ulang dan menemukan bahwa tumor rektum saya telah menyusut hingga 80%!
Chan Khian Yap dalam Acara Reuni Penyintas Kanker 2024
Di RS, saya menjalani total 6 kali pengobatan Intervensi dan 1 kali pengobatan Penanaman Biji Partikel. Setelah pengobatan, gejala buang air besar berdarah saya terus berkurang, dan tubuh saya tidak lagi merasakan ketidaknyamanan. Enam bulan kemudian, setelah pemeriksaan ulang, hasil kolonoskopi menunjukkan bahwa sel kanker di dalam rektum saya telah kehilangan semua aktivitasnya, dan tumor saya telah hilang sepenuhnya!
Yang paling memuaskan bagi saya dari pengobatan Minimal Invasif ini adalah hampir tidak ada kerusakan yang ditimbulkan, serta dampaknya yang sangat kecil terhadap rutinitas kehidupan saya sehari-hari. Setiap kali selesai pengobatan, saya akan kembali ke Malaysia, berlari setiap hari, bermain bulu tangkis, berolahraga, dan bahkan kembali bekerja seperti biasa. Selama dua tahun ini, setiap kali pemeriksaan ulang, penanda tumor saya selalu dalam batas normal, dan hidup saya berjalan seperti orang pada umumnya, tanpa perlu menjalani pengobatan lebih lanjut.
Percaya pada pengobatan Minimal Invasif, berusaha menyebarkan cinta dan harapan
Sekarang, sebagai seorang penyintas kanker yang kembali ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, saya merasa sangat bersyukur dan penuh kegembiraan. Jika dibandingkan dengan pengalaman perjuangan kanker yang panjang dan penuh rintangan yang dialami oleh pasien kanker lainnya, saya merasa sangat beruntung.
Saya percaya bahwa dalam perjuangan melawan kanker, hal yang paling penting adalah menemukan metode ilmiah yang tepat, menjaga mental yang positif, dan mengintegrasikan berbagai sumber daya. Jangan terjebak dalam pandangan dan pemahaman yang sempit, tetapi usahakan untuk mencari metode pengobatan yang maju dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.
Chan Khian Yap Foto berfoto bersama para penyintas kanker lainnya
Berkat kemajuan teknologi medis, metode pengobatan kanker di Tiongkok menjadi lebih fleksibel dan komprehensif, tidak terbatas pada pengobatan konvensional. Seperti itulah pengobatan Minimal Invasif Terintegrasi, yang dapat merancang rencana pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien, meminimalkan luka, dan memaksimalkan hasil pengobatan. St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou memiliki 18 jenis teknologi pengobatan kanker, yang memberi pasien lebih banyak pilihan dan meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup.
Ada pepatah Tiongkok yang mengatakan, “Menyelamatkan satu nyawa lebih berharga daripada membangun tujuh tingkat pagoda.” Karena saya telah diselamatkan oleh teknologi Minimal Invasif ini, saya dengan senang hati merekomendasikan RS ini kepada keluarga dan teman-teman yang menderita kanker, dengan harapan dapat membantu mereka. Misalnya, saya pernah mengajak seorang kerabat yang sudah lanjut usia untuk menjalani pengobatan di RS ini. Dia menderita kanker kandung kemih, dan RS setempat menyarankan untuk mengangkat kandung kemih dan hidup dengan kantong urin. Namun, setelah menjalani pengobatan Minimal Invasif di sini, sel kanker di tubuhnya benar-benar hilang, dan dia mendapatkan hasil yang sangat baik.
Chan Khian Yap dan para penyintas kanker lainnya ikut serta dalam tur Kota Guangzhou
Saya percaya pada RS ini, tidak hanya karena teknologi Minimal Invasif yang canggih, tetapi juga karena para tenaga medis di sini. Mereka tidak hanya memiliki keterampilan medis yang luar biasa, tetapi yang lebih langka adalah mereka memiliki sikap yang rendah hati dan perhatian terhadap pasien. Contohnya adalah dokter penanggung jawab saya, dr. Lin Jing, yang selalu menyapa dengan senyuman dan memberi semangat kepada pasien.
Saya ingat saat pertama kali dirawat di RS, karena pembatasan saat pandemi, saya tinggal di RS selama 40 hari dan setiap hari berinteraksi dengan para tenaga medis. Pada waktu senggang, dr. Lin Jing bahkan meminta saya membantu sebagai penerjemah, sehingga saya bisa bertemu dengan banyak pasien dari berbagai negara. Saya mengetahui bahwa banyak dari mereka yang dinyatakan tidak dapat diobati di RS setempat, namun di sini mereka mendapatkan harapan baru untuk hidup. Cerita-cerita ini sungguh nyata dan menggugah hati saya.
Di masa depan, saya akan terus menjalani setiap hari dengan optimisme dan rasa syukur, dan menyebarkan harapan kepada lebih banyak pasien kanker. Saya ingin memberitahu mereka untuk tidak menyerah, karena harapan selalu ada!