Sarudin (52 tahun) asal Indonesia, pada tahun 2016 telah didiagnosa kanker limfoma Sel-B non hodgkin dan telah menjalani kemoterapi sebanyak 6 kali di Penang, Malaysia. Tahun 2018 ditemukan kekambuhan di tulang selangka kanan dan kelenjar getah bening mediastinum. Setelah menjalani Terapi Natural dan Intervensi, tumornya mati dan hilang.
Masalah Tidak Datang Sendiri, Sel Tumor Tanpa Sengaja Ditemukan Saat Operasi Jantung
Januari 2016, Sarudin menjalani pembedahan bypass untuk penyakit jantung koroner yang dideritanya. Namun, saat proses pembedahan, dokter menemukan sebuah sel tumor di bagian belakang jantung. Meskipun sudah operasi, namun hasil patologi pasca operasi menunjukkan kanker limfoma sel-B non hodgkin. Sarudin hampir pingsan saat mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker. Ia mengira masalah jantungnya saja sudah cukup serius, ternyata masih ada kanker yang lebih menakutkan. Dokter di Penang menyarankannya untuk menjalani kemoterapi, dan menjanjikan penyakitnya tidak akan kambuh lagi setelah operasi. Pada bulan Februari sampai Juni 2016, Sarudin total menjalani 6 kali kemoterapi dan seperti yang telah dijanjikan oleh dokter, sel kanker didalam tubuhnya hilang.
Mantap Memilih St. Stamford Modern Cancer Hospital Karena Kambuh Setelah 2 Tahun Pasca Kemoterapi
Masa-masa indah tidak bertahan lama, Sarudin yang berpikir penderitaannya telah berlalu mengetahui bahwa terdapat sel kanker pada tulang selangka kanan dan kelenjar getah bening mediastinum saat melakukan pemeriksaan bulan Mei 2018. Saat dokter menyarankannya kemoterapi kembali, Sarudin dengan tegas menolak dan menjadi semakin yakin untuk melakukan pengobatan di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Sebenarnya, ia sudah mengetahui tentang rumah sakit St. Stamford sejak 2016 silam melalui facebook, namun karena khawatir keluarganya tidak setuju dan dokter di Penang juga menjanjikan tidak akan terjadi kekambuhan, sehingga beliau memilih untuk kemoterapi. Setelah kembali dari Penang, Sarudin berterus terang mengenai pendapatnya tentang pengobatan kanker di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, China dan diluar dugaan, ternyata keluarganya mendukung dan setuju.
Efektivitas Intervensi Untuk Kekambuhan Limfoma
28 Juni 2018, dengan ditemani keluarga, Sarudin datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Setelah masuk rumah sakit, pertama-tama ia harus menjalani beberapa pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan yang di dapat, Tim Medis Multidisiplin dari St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou memutuskan untuk menerapkan Terapi Natural untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan Intervensi untuk membunuh sel kanker.
Sebelum masuk rumah sakit, Sarudin telah mendapat penjelasan mengenai Intervensi dari kantor perwakilan, video, dan artikel yang ada di website rumah sakit, yaitu metode pengobatan yang dilakukan di bawah panduan alat pencitraan seperti CT Scan, dimana obat anti kanker dimasukkan langsung ke pusat tumor untuk proses embolisasi, memutus arteri tumor, serta membuat tumor kehilangan suplai darah dan “mati kelaparan”. Sementara itu, proses emboli dapat membawa obat anti kanker ke pusat tumor hingga tercapai pengobatan kemoterapi lokal. Selama proses pengobatan, Sarudin tidak merasakan tegang ataupun tidak nyaman. Setelah proses pengobatan juga tidak muncul efek samping yang serius. Saat ini, tumor di tubuhnya sudah mati dan menghilang.
Bersyukur Kepada St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou Atas Harapan Hidup Yang Baru
Istri Sarudin juga berterima kasih, “Pada saat suami terdiagnosa kanker, saya merasa langit seperti runtuh, seperti dijatuhi hukuman mati, beruntung sekali menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou karena dokter, perawat dan penerjemah di sini semuanya sangat baik, selalu memberi bantuan di saat ada kesulitan, sangat berterima kasih dan bersyukur.” Sarudin juga memberikan dukungannya kepada pasien kanker yang lain, “Jangan pernah menyerah bagi pasien yang belum menjalani pengobatan, harus aktif melawan kanker, dengan begitu baru bisa cepat pulih kembali.”
Fakta Limfoma :
Limfoma dibagi menjadi 2 jenis yaitu limfoma hodgkin (HL) dan limfoma non hodgkin (NHL), namun limfoma non hodgkin lebih banyak dijumpai. Limfoma non hodgkin mempunyai jenis yang tidak sama, yaitu akut dan kronis; berdasarkan jenis selnya dibedakan menjadi limfoma sel B dan limfoma sel T, namun di antara keduanya, limfoma sel B lebih banyak dijumpai.
Sarudin (52 tahun) asal Indonesia, pada tahun 2016 telah didiagnosa kanker limfoma Sel-B non hodgkin dan telah menjalani kemoterapi sebanyak 6 kali di Penang, Malaysia. Tahun 2018 ditemukan kekambuhan di tulang selangka kanan dan kelenjar getah bening mediastinum. Setelah menjalani Terapi Natural dan Intervensi, tumornya mati dan hilang.
Masalah Tidak Datang Sendiri, Sel Tumor Tanpa Sengaja Ditemukan Saat Operasi Jantung
Januari 2016, Sarudin menjalani pembedahan bypass untuk penyakit jantung koroner yang dideritanya. Namun, saat proses pembedahan, dokter menemukan sebuah sel tumor di bagian belakang jantung. Meskipun sudah operasi, namun hasil patologi pasca operasi menunjukkan kanker limfoma sel-B non hodgkin. Sarudin hampir pingsan saat mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker. Ia mengira masalah jantungnya saja sudah cukup serius, ternyata masih ada kanker yang lebih menakutkan. Dokter di Penang menyarankannya untuk menjalani kemoterapi, dan menjanjikan penyakitnya tidak akan kambuh lagi setelah operasi. Pada bulan Februari sampai Juni 2016, Sarudin total menjalani 6 kali kemoterapi dan seperti yang telah dijanjikan oleh dokter, sel kanker didalam tubuhnya hilang.
Mantap Memilih St. Stamford Modern Cancer Hospital Karena Kambuh Setelah 2 Tahun Pasca Kemoterapi
Masa-masa indah tidak bertahan lama, Sarudin yang berpikir penderitaannya telah berlalu mengetahui bahwa terdapat sel kanker pada tulang selangka kanan dan kelenjar getah bening mediastinum saat melakukan pemeriksaan bulan Mei 2018. Saat dokter menyarankannya kemoterapi kembali, Sarudin dengan tegas menolak dan menjadi semakin yakin untuk melakukan pengobatan di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Sebenarnya, ia sudah mengetahui tentang rumah sakit St. Stamford sejak 2016 silam melalui facebook, namun karena khawatir keluarganya tidak setuju dan dokter di Penang juga menjanjikan tidak akan terjadi kekambuhan, sehingga beliau memilih untuk kemoterapi. Setelah kembali dari Penang, Sarudin berterus terang mengenai pendapatnya tentang pengobatan kanker di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, China dan diluar dugaan, ternyata keluarganya mendukung dan setuju.
Efektivitas Intervensi Untuk Kekambuhan Limfoma
28 Juni 2018, dengan ditemani keluarga, Sarudin datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Setelah masuk rumah sakit, pertama-tama ia harus menjalani beberapa pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan yang di dapat, Tim Medis Multidisiplin dari St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou memutuskan untuk menerapkan Terapi Natural untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan Intervensi untuk membunuh sel kanker.
Sebelum masuk rumah sakit, Sarudin telah mendapat penjelasan mengenai Intervensi dari kantor perwakilan, video, dan artikel yang ada di website rumah sakit, yaitu metode pengobatan yang dilakukan di bawah panduan alat pencitraan seperti CT Scan, dimana obat anti kanker dimasukkan langsung ke pusat tumor untuk proses embolisasi, memutus arteri tumor, serta membuat tumor kehilangan suplai darah dan “mati kelaparan”. Sementara itu, proses emboli dapat membawa obat anti kanker ke pusat tumor hingga tercapai pengobatan kemoterapi lokal. Selama proses pengobatan, Sarudin tidak merasakan tegang ataupun tidak nyaman. Setelah proses pengobatan juga tidak muncul efek samping yang serius. Saat ini, tumor di tubuhnya sudah mati dan menghilang.
Bersyukur Kepada St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou Atas Harapan Hidup Yang Baru
Istri Sarudin juga berterima kasih, “Pada saat suami terdiagnosa kanker, saya merasa langit seperti runtuh, seperti dijatuhi hukuman mati, beruntung sekali menemukan St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou karena dokter, perawat dan penerjemah di sini semuanya sangat baik, selalu memberi bantuan di saat ada kesulitan, sangat berterima kasih dan bersyukur.” Sarudin juga memberikan dukungannya kepada pasien kanker yang lain, “Jangan pernah menyerah bagi pasien yang belum menjalani pengobatan, harus aktif melawan kanker, dengan begitu baru bisa cepat pulih kembali.”
Fakta Limfoma :
Limfoma dibagi menjadi 2 jenis yaitu limfoma hodgkin (HL) dan limfoma non hodgkin (NHL), namun limfoma non hodgkin lebih banyak dijumpai. Limfoma non hodgkin mempunyai jenis yang tidak sama, yaitu akut dan kronis; berdasarkan jenis selnya dibedakan menjadi limfoma sel B dan limfoma sel T, namun di antara keduanya, limfoma sel B lebih banyak dijumpai.