1. Intervensi: Luka sayatan hanya 1-2 mm, dan obat antikanker dapat langsung mencapai tumor. Konsentrasi obat 2-92 kali lebih tinggi dibandingkan kemoterapi biasa, minim efek samping, dan akurat membunuh sel kanker.

2. Microwave Ablation: Membuat sel kanker hati "mati kepanasan", dengan luka sayatan hanya sebesar lubang jarum; waktu tindakan singkat, tumor berdiameter sekitar 6cm dapat dihilangkan dalam 10 menit, dengan sedikit risiko pembedahan dan indikasi luas.

3. Cryosurgery: Lukanya kecil, menghilangkan tumor. Merangsang sistem kekebalan tubuh, mengurangi kerusakan jaringan normal dan dapat mencegah kambuhnya kanker.

4. Brachytherapy: Luka kecil pada tingkat mikromilimeter. Zat mineral memancar secara terus-menerus dan merata di dalam tumor selama 180 hari, menghancurkan tumor secara akurat. Minim komplikasi.

5. NanoKnife: Teknologi ablasi "non-termal"; dengan melepaskan tegangan tinggi tingkat mikrodetik, langsung merusak membran sel tumor dan memicu apoptosis sel kanker. Waktu pengobatannya singkat, proses pengobatannya aman dan terkendali, serta dapat sepenuhnya melindungi jaringan penting seperti pembuluh darah dan saraf.

6. Metode Gabungan Pengobatan Timur dan Barat: Dapat meningkatkan efisiensi pengobatan. Mengurangi efek samping dan komplikasi, pemulihan lebih cepat, memperpanjang umur Anda dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

Gejala kanker hati seringkali tidak terlihat jelas pada stadium awal dan mudah diabaikan, namun seiring berkembangnya penyakit, gejala tersebut akan muncul secara bertahap. Berikut beberapa gejala umum kanker hati:

1. Nyeri atau ketidaknyamanan di perut kanan atas: Ini adalah salah satu gejala kanker hati yang paling umum. Pasien mungkin merasakan nyeri yang terus-menerus di perut kanan atas, dan nyeri dapat menjalar ke punggung atau bahu kanan.

2. Massa di perut: Terkadang pasien dapat merasakan adanya massa di perut kanan atas, yang merupakan tanda pembesaran hati atau pembesaran tumor.

3. Penurunan berat badan dan hilangnya nafsu makan: Karena peningkatan kebutuhan metabolisme tumor dan dampaknya pada sistem pencernaan, pasien mungkin mengalami penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan yang tidak dapat dijelaskan.

4. Penyakit kuning: Ketika tumor menyumbat saluran empedu dan empedu tidak dapat dikeluarkan secara normal, pasien dapat mengalami penyakit kuning, yang ditandai dengan menguningnya kulit dan bagian putih mata, urin menjadi lebih gelap, dan tinja menjadi lebih terang.

5. Asites: Kanker hati dapat menyebabkan cairan menumpuk di rongga perut (asites), menyebabkan perut membengkak, dalam kasus yang parah dapat memengaruhi pernapasan dan aktivitas.

6. Kelelahan dan keletihan: Karena gangguan fungsi hati dan beban metabolisme tumor, pasien sering merasa sangat lelah dan letih.

7. Mual dan muntah: Penderita mungkin mengalami mual dan muntah akibat tekanan tumor pada saluran cerna dan gangguan fungsi hati.

8. Demam: Beberapa pasien akan mengalami demam tanpa sebab yang jelas, yang mungkin berhubungan dengan nekrosis tumor dan reaksi inflamasi.

9. Kecenderungan pendarahan: Gangguan fungsi hati dapat menyebabkan fungsi koagulasi abnormal, dan pasien rentan terhadap gejala pendarahan seperti gusi berdarah, mimisan, atau ekimosis subkutan.

10. Gejala penurunan fungsi hati: Meliputi gejala seperti lesu, mengantuk, kesadaran yang kabur, dll. Pada kasus yang parah, dapat terjadi ensefalopati hepatik.

Karena gejala awal kanker hati tidak terlihat jelas, pemeriksaan fisik rutin dan skrining dini sangat penting terutama bagi kelompok risiko tinggi (seperti mereka yang memiliki riwayat hepatitis B atau C kronis, atau sirosis). Deteksi dan pengobatan kanker hati yang tepat waktu dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien secara signifikan.

Metode deteksi kanker hati antara lain sebagai berikut:

1. Tes biokimia darah: Mendeteksi indikator fungsi hati, seperti alanine aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), bilirubin total, albumin, dll.

2. AFP: AFP adalah penanda spesifik untuk karsinoma hepatoseluler. Peningkatan kadar AFP dapat mengindikasikan kanker hati.

3. USG: sering digunakan untuk skrining awal, dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan lokasi massa hati.

4. CT scan: CT scan dapat menunjukkan struktur hati secara detail dan membantu menentukan ukuran dan lokasi tumor serta apakah tumor telah bermetastasis.

5. MRI: MRI dapat menampilkan detail jaringan lunak hati dengan lebih jelas, yang sangat penting untuk diagnosis dan penentuan stadium kanker hati.

6. PET-CT scan: PET-CT menggabungkan keunggulan CT dan PET, dapat mengevaluasi aktivitas metabolisme dan metastasis sistemik tumor.

7. FNAB hati: Sampel jaringan hati diambil di bawah panduan alat pencitraan, dan morfologi sel tumor diamati melalui mikroskop untuk mendiagnosis kanker hati.

8. Tes genetik: Mendeteksi mutasi gen yang berhubungan dengan kanker hati, dapat membantu mengevaluasi prognosis dan memilih terapi yang ditargetkan.

9. FibroScan: Mendeteksi kekakuan hati secara non-invasif, menilai derajat fibrosis hati dan sirosis, serta membantu dalam skrining orang-orang yang berisiko tinggi terkena kanker hati.

Metode pemeriksaan ini dapat mengevaluasi kondisi pasien secara komprehensif dan membantu dokter merumuskan rancangan pengobatan individual. Bagi orang yang berisiko tinggi terkena kanker hati (seperti penderita hepatitis B atau C kronis, penderita sirosis), penting untuk melakukan pemeriksaan dan skrining rutin untuk memudahkan deteksi dini dan pengobatan.